Laut China Selatan Kian Tegang

BEIJING — Pemerintah China melayangkan “protes keras” kepada Australia terkait insiden udara yang melibatkan pesawat militer kedua negara di atas perairan Laut China Selatan pada akhir pekan lalu. Beijing menuduh pesawat pengintai militer Canberra telah melanggar wilayah udaranya, sementara Australia menilai justru tindakan jet tempur China yang membahayakan keselamatan.

Otoritas Australia sebelumnya menyebut pesawat pengintai P-8A Poseidon miliknya didekati jet tempur China saat melakukan patroli di atas perairan sengketa pada Minggu (19/10/2025) waktu setempat. Jet tempur China, menurut Departemen Pertahanan Australia, melepaskan suar dalam “jarak dekat” dengan pesawat Canberra, tindakan yang dianggap berisiko tinggi bagi awak pesawat.

Namun, militer China membantah tudingan tersebut. Dalam pernyataannya pada Senin (20/10/2025), pihaknya menegaskan telah mengambil “tindakan pencegahan efektif” karena pesawat Australia disebut “secara ilegal melanggar wilayah udara China” di atas Kepulauan Xisha nama sebutan Beijing untuk Kepulauan Paracel.

Ketegangan meningkat setelah Kementerian Pertahanan China mengeluarkan pernyataan keras pada Rabu (22/10/2025), yang mengecam respons Australia. “Pernyataan Australia telah memutarbalikkan benar dan salah, mengalihkan kesalahan kepada China, dan secara sia-sia berupaya menutupi penyusupan keji dan ilegal tersebut,” tulis pernyataan resmi Beijing.

“Kami sangat tidak puas dengan hal ini dan telah mengajukan protes keras kepada pihak Australia,” tegas juru bicara Kementerian Pertahanan China, Jiang Bin, pada Rabu (22/10/2025). Jiang juga menyebut Canberra telah “secara keliru menuduh” Beijing melakukan tindakan tidak aman di udara. “Kekeliruan ini sama sekali tidak dapat dipertahankan,” ujarnya.

Ia mendesak Australia segera menghentikan “tindakan melanggar hukum, provokatif, dan mengada-ada.” Jiang menambahkan bahwa militer China akan “terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan nasional.”

Insiden udara ini menambah daftar panjang gesekan antara China dan Australia di kawasan yang menjadi jalur perdagangan vital dunia. Namun, di balik dalih menjaga kedaulatan, yang terlihat justru adu kuasa dua negara yang sama-sama ingin menunjukkan pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik.

Australia menegaskan bahwa operasi patrolinya dilakukan di wilayah udara internasional sesuai hukum laut, sementara China tetap kukuh mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan sebagai miliknya. Ketegangan ini memperlihatkan betapa sempitnya ruang diplomasi ketika ego kekuasaan dan kebanggaan nasional dikedepankan.

Jika kedua negara terus saling unjuk kekuatan tanpa menurunkan tensi, Laut China Selatan tak hanya menjadi arena sengketa, tetapi juga bisa berubah menjadi panggung konflik terbuka antara kekuatan besar dan sekutu Baratnya. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com