SAMARINDA – Pemkot Samarinda melalui Wakil Walikota Samarinda Nusyirwan Ismail mendatangi penemuan gua yang diperkirakan peninggalan Jepang di bawah kamar rumah milik Anwar Darmawan (61) di Jalan RE Martadinata RT 02 Teluk Lerong Ilir, Samarinda Ulu. Wawali menyatakan, Pemkot akan membahas penemuan tersebut lebih detail lagi. Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait hal tersebut.
“Kami akan rapat dulu membahas lebih lanjut penemuan ini, tetapi sebelumnya kami sudah menugaskan Disdik Samarinda untuk melakukan koordinasi dengan Kementrian Pendidikan untuk mengambil langkah dan tindakan cepat apa yang baik diambil nantinya. Kalau perlu ada perwakilan dari kementrian tersebut yang datang membantu,” ungkap Nusyirwan setelah melihat langsung gua tersebut.
Nusyirwan menjelaskan, Pemkot Samarinda masih memiliki waktu panjang untuk membahas penemuan tersebut, selama pemilik rumah Anwar Darmawan (61) masih mengamankan kamar dan rumah tersebut. Gua tersebut secara struktur masih kuat.
“Saya saja yang masuk ke dalam aman dan selamat hingga keluar cukup sebagi buktinya. Pada intinya ketika ini memiliki potensi wisata sejarah dan menarik ketika di sebarang sana ada Teluk Lerong Garden. Ya ini sejarah masa lalu dan memang tidak hanya di pulau Jawa ada sejarah penjajahan Samarinda pun termasuk daerah yang pernah dijajah Jepang dan Belanda,” jelasnya.
Dia menambahkan, menurut keterangan warga setempat konon di dalam gua itu ada kepala manusia dan benda bersejarah lainnya. Meskipun gua itu tidak telalu besar namun tetap daerah tersebut daerah sejarah.
Informasi yang di dapat dari warga di dalam ada enam drum, yang tidak ketahui drum apa, kemudian kepala manusia yang menjadi tengkorak, topi yang terbuat dari baja dan senjata dalam peperangan namun sekarang sudah tidak ada lagi senjata itu,” jelasnya.
Menanggapi adanya penemuan gua yang diyakini oleh warga sekitar sebagai peninggalan Jepang, Kepala Disparekkominfo HM Faisal mengungkapkan, pihaknya masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan gua itu bisa menjadi destinasi pariwisata.
“Kalau dari pihak kami setuju saja jika itu menjadi tempat tujuan pariwisata, hanya saja yang perlu dipertimbangan dan menjadi syarat utama, yaitu keamanan dan keselamatan pengunjung. Mengenai nilai sejarahnya tentu hal ini bukan lagi ranah kami,”ujar Faisal, Sabtu (7/11).
Mengenai arsip bangunan sejarah, ia pun mengakui selama ini dokumentasi itu masih kurang. “Ya memang kelemahan pemerintah kita saat ini yaitu dokumentasi yang masih minim. Saya bersyukur dengan adanya publikasi seperti ini diharapkan bisa menggali lagi sejarah Samarinda dulu itu seperti apa. Kalau masih ada yang bisa menceritakan mengenai sejarahnya akan lebih baik lagi nantinya,” terangnya.
Dia mengatakan, mengenai akses ia pun mengharapkan agar masyarakat harus bisa menahan diri agar kedepannya tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan masalah baru.
“Bagi para pengelola silahkan saja untuk mengatur dengan baik, artinya kami mengharapkan agar penemuan ini tidak menimbulkan masalah baru seperti kemacetan dan parkir atau bisa jadi ada helm yang hilang, kalau begitu kan nanti larinya ke pemerintah lagi.
Padahal pemerintah saat ini sudah mengingatkan agar masyarakat bisa bersabar dulu tunggu hingga ada penelitian keselamatan dan keamanan dari tim kami,” tutur Faisal. [] KK