KABUL — Malam di Afghanistan berubah jadi kepanikan massal. Tanah bergetar keras, langit seolah retak, dan teriakan warga memecah sunyi ketika gempa berkekuatan magnitudo (M) 6,3 mengguncang kawasan utara negeri itu pada Senin dini hari. Dalam hitungan detik, ribuan orang berhamburan ke jalan, meninggalkan rumah yang mereka cintai, takut ditelan reruntuhan.
“Gempa terjadi pukul 00.59 waktu setempat (20.29 GMT) Senin (03/11/2025). Gempa dirasakan koresponden kantor berita AFP yang berkantor pusat di ibu kota Kabul,” demikian laporan saksi di lapangan. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, pusat gempa berada di Kholm, sekitar 22 kilometer dari Mazar-i-Sharif, pada kedalaman 28 kilometer di zona rawan Pegunungan Hindu Kush, titik pertemuan lempeng Eurasia dan India.
Data awal menunjukkan bencana ini menewaskan banyak korban. “Hingga Senin (03/11/2025) siang WIB, dilaporkan 10 orang tewas dan melukai ratusan orang,” tulis Reuters. Namun angka itu terus bertambah. Radio Hurriyat Pashto melaporkan kematian mencapai 20 orang di Samangan, sementara Kementerian Kesehatan Taliban mengonfirmasi 20 korban tewas dan lebih dari 320 luka-luka. Juru bicara kementerian, Sharfat Zaman, memperingatkan, “Jumlah korban tewas dan korban luka masih bisa bertambah.”
Peringatan oranye dikeluarkan oleh USGS melalui sistem PAGER indikasi adanya korban jiwa besar dan kerusakan meluas. Gempa ini terjadi hanya dua bulan setelah gempa 6,0 SR di wilayah timur Afghanistan yang merenggut lebih dari 2.200 nyawa.
Di tengah kabar duka, perhatian dunia tertuju pada Masjid Biru di Mazar-i-Sharif, simbol kebanggaan dan sejarah bangsa Afghanistan. Juru bicara otoritas Provinsi Balkh, Haji Zaid, mengatakan, gempa menghancurkan sebagian bangunan masjid bersejarah itu. “Beberapa bagian menara runtuh dan berserakan di halaman,” lapor jurnalis AFP. Foto-foto reruntuhan menampilkan keindahan yang kini berubah menjadi serpihan duka.
Kementerian Pertahanan Taliban menegaskan wilayah Balkh dan Samangan menjadi yang paling terdampak. “Di provinsi Samangan dan Balkh, 534 orang terluka dan lebih dari 20 korban jiwa telah dibawa ke rumah sakit,” ujar Sharafat Zaman kepada wartawan, dilansir AFP, Senin (03/11/2025). Tim penyelamat dikerahkan untuk mengevakuasi korban, sementara pemerintah menyiarkan nomor darurat bagi warga.
Afghanistan memang berdiri di atas garis rapuh bumi. Rata-rata 560 orang meninggal setiap tahun akibat gempa, dengan kerugian mencapai 80 juta dolar AS. Sejak 1990, sudah lebih dari 355 gempa di atas magnitudo 5,0 mengguncang negeri itu. Rumah-rumah dari batu bata lumpur, infrastruktur lemah, serta jaringan komunikasi yang terbatas membuat penyelamatan sering terhambat.
Kini, saat malam kembali menyelimuti Mazar-i-Sharif, tangisan dan doa terdengar di antara puing-puing. Gempa ini bukan sekadar bencana, tapi pengingat betapa rentannya kehidupan di tanah yang tak pernah berhenti bergetar. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan