MANILA — Filipina kembali berduka. Setelah Topan Kalmaegi menghantam sebagian besar wilayah negara itu dan menewaskan ratusan orang, Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr. menetapkan keadaan darurat nasional, Kamis (06/11/2025).
Langkah ini diumumkan Marcos dalam rapat bersama Dewan Nasional Penanggulangan dan Pengurangan Risiko Bencana (NDRRMC) di Manila. Pemerintah mengakui bahwa skala kerusakan dan jumlah korban telah melampaui kapasitas penanganan lokal.
“Melihat luasnya wilayah yang terdampak Topan Tino, serta akan dilanda Topan Uwan, maka berdasarkan usulan NDRRMC kami menyatakan keadaan darurat,” ujar Marcos, seperti dikutip Philstar.
Lebih dari 1,9 juta warga dilaporkan terdampak, sementara 142 orang meninggal dunia akibat terjangan Kalmaegi yang dikenal juga dengan nama Topan Tino. Sedikitnya 10 hingga 12 provinsi mengalami kerusakan parah pada infrastruktur, lahan pertanian, dan jaringan listrik.
Pemerintah berupaya mempercepat penyaluran bantuan dan proses evakuasi, sekaligus menyiapkan langkah antisipasi menghadapi Topan Uwan yang diperkirakan akan meningkat menjadi topan super pada Sabtu mendatang (08/11/2025).
Namun, di balik langkah darurat tersebut, banyak pihak menyoroti keterlambatan sistem peringatan dini serta lemahnya mitigasi bencana di negara kepulauan itu. Filipina dikenal sebagai salah satu kawasan terpaling rawan badai tropis di dunia, dengan sekitar 20 topan melanda setiap tahun.
Menurut data EM-DAT, Topan Tino menjadi topan paling mematikan di dunia sepanjang 2025. Tahun sebelumnya, Badai Kristine (Trami) juga menewaskan lebih dari 190 orang di wilayah yang sama.
Kondisi ini kembali menegaskan bahwa krisis bencana di Filipina bukan hanya soal cuaca ekstrem, tetapi juga soal kesiapsiagaan dan tata kelola penanganan darurat yang belum maksimal. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan