ANAK ANIAYA IBU - Warga Desa Kontumere, Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), digemparkan oleh peristiwa penganiayaan tragis seorang anak terhadap ibu kandungnya, pada Rabu (5/11/2025) sekitar pukul 05.30 Wita. WH dianiaya oleh putranya, LOH, yang diketahui memiliki riwayat gangguan kejiwaan. (Ilustrasi)

Lalai Awasi ODGJ, Ibu Sendiri Jadi Korban

NUNUKAN – Kasus kekerasan dalam keluarga kembali mengguncang Kabupaten Nunukan. Seorang pria berinisial RM (32), yang diketahui merupakan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), menyerang ibu kandungnya sendiri yang telah berusia 60 tahun. Akibat kejadian itu, sang ibu harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DSP3A) Nunukan, Parmedy, mengungkapkan bahwa insiden ini berawal dari ketidakteraturan RM mengonsumsi obat penenang yang seharusnya dikonsumsi secara rutin.

“Kehabisan obat menjadi pemicu kambuhnya gangguan kejiwaan RM,” ujar Parmedy ketika dikonfirmasi, kepada wartawan Selasa (11/11/2025).

Situasi mulai tidak terkendali hingga aparat Satpol PP turun tangan. RM akhirnya diamankan dan dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis serta pemberian kembali obat penenang agar kondisinya bisa stabil.

Menurut Parmedy, kejadian ini memperlihatkan lemahnya pengawasan terhadap pasien ODGJ di tingkat keluarga dan masyarakat. RM diketahui tinggal hanya bersama ibunya dan tantenya yang sama-sama lanjut usia. Kondisi ini membuat pengawasan terhadap perilaku RM menjadi sangat terbatas.

“Peran lingkungan sekitar sangat dibutuhkan dalam mengontrol dan memperhatikan kondisi ODGJ seperti RM. Kami menghimbau warga agar ikut mengawasi dan melaporkan bila ada tanda-tanda perilaku agresif,” tegasnya.

Selain faktor kehabisan obat, DSP3A juga menyoroti kebiasaan RM yang diduga kerap diajak mengonsumsi minuman keras oleh pihak tertentu, sehingga memperburuk kondisi kejiwaannya.

Parmedy menilai, kasus ini harus menjadi alarm bagi semua pihak, terutama dalam memastikan keberlanjutan pasokan obat dan kontrol kesehatan mental di daerah. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara dinas, keluarga, dan lingkungan sekitar dalam mencegah insiden serupa.

“Kita tidak bisa hanya menyerahkan semua tanggung jawab kepada dinas. Pengawasan di tingkat keluarga dan lingkungan juga sangat menentukan,” pungkas Parmedy.

Kasus ini sekaligus menyoroti tantangan serius dalam sistem pelayanan kesehatan jiwa di daerah perbatasan seperti Nunukan, di mana keterbatasan fasilitas dan tenaga medis sering kali membuat penderita ODGJ terabaikan hingga memicu tragedi kemanusiaan di lingkungan sendiri. []

Fajar Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com