Pradiabetes dan Diabetes Capai Puluhan Ribu di Kalsel

BANJAR – Upaya pengendalian penyakit tidak menular kembali mendapat sorotan setelah kisah Hendri Mansyah (65), warga Desa Sungaisipai, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, mencuat ke publik. Hendri harus menjalani hemodialisis secara rutin di RSUD Ulin Banjarmasin setelah dokter menyatakan bahwa kondisi ginjalnya terdampak komplikasi diabetes yang telah lama ia derita.

Putranya, Adib Farhani, mengungkapkan bahwa penyakit tersebut mulai muncul setelah Hendri memasuki masa pensiun. “Abah kena diabetes karena jarang beraktivitas setelah penisun,” ujarnya.

Menurut Adib, gejala awal yang dialami sang ayah adalah pembengkakan pada kaki kanan. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa pembengkakan tersebut berkaitan dengan diabetes yang tak terkendali. Kasus serupa ternyata bukan hal langka di Kabupaten Banjar. Data Dinas Kesehatan Banjar menyebutkan, pada 2024 terdapat 6.800 penderita diabetes dari 179.051 warga yang telah menjalani skrining.

Sementara itu, RSUD Ratu Zalecha Martapura menangani 345 pasien diabetes sepanjang tahun yang sama, dengan mayoritas penderitanya adalah perempuan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Banjar, Marzuki, menjelaskan bahwa diabetes melitus merupakan kondisi yang terjadi akibat meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Ia menekankan pentingnya pola makan seimbang agar penyakit ini dapat dicegah.

“Hal ini karena pola hidup dan makan yang tidak seimbang. Warga makan yang manis-manis dan santan. Karena itu kurangi atau ganti gulanya,” ujar Marzuki.

Sejalan dengan itu, peringatan Hari Diabetes Sedunia pada 14 November menjadi momentum evaluasi bagi pemerintah daerah. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan melaporkan capaian skrining dini periode Januari hingga September 2025, dengan total 798.196 warga telah menjalani pemeriksaan gula darah setara 65 persen dari target populasi.

Kepala Seksi P2PTM Dinkes Kalsel, Deny Haryuniansyah, mengungkapkan bahwa dari jumlah tersebut, 65.807 warga berada pada kondisi pradiabetes dan 33.376 lainnya telah teridentifikasi sebagai penderita diabetes. “Angka ini menunjukkan bahwa beban diabetes di masyarakat masih sangat tinggi. Deteksi dini menjadi kunci agar kondisi ini bisa ditangani sedini mungkin,” jelas Deny, Sabtu (15/11/2025).

Namun, capaian skrining di tiap kabupaten/kota belum merata. Banjarbaru mencatat angka sekitar 80 persen, disusul Tapin sekitar 79 persen, serta Tanahbumbu dan Batola dengan capaian lebih dari 70 persen. Sebaliknya, Balangan masih berada di angka 40 persen, jauh dari target nasional minimal 60 persen seperti yang tercantum dalam RPJMN 2025.

Di sisi lain, Deny juga menyoroti masih banyaknya fasilitas kesehatan yang belum melakukan pemeriksaan antropometri secara lengkap. Padahal, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, gula darah sewaktu, dan indeks massa tubuh merupakan bagian penting dalam deteksi dini penyakit tidak menular. “Padahal pemeriksaan antropometri merupakan bagian penting untuk mendeteksi risiko penyakit tidak menular secara komprehensif,” ujarnya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Selatan menilai kondisi ini sebagai peringatan serius. Ketua IDI Kalsel, Sigit Prasetia Kurniawan, mengingatkan bahwa diabetes kini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak akibat perubahan pola makan dan gaya hidup. Ia menyebut bahwa komplikasi diabetes dapat berdampak besar terhadap kesehatan fisik, mental, hingga kehidupan sosial penderitanya. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com