China Setujui Penangkapan Eks Kepala Kuil Shaolin

HENAN — Perkembangan terbaru terkait kasus hukum yang melibatkan mantan kepala biara Kuil Shaolin, Shi Yongxin, kembali menjadi sorotan publik internasional. Pemerintah China melalui otoritas Provinsi Henan menyetujui penangkapan biksu karismatik tersebut atas dugaan tindak pidana yang berkaitan dengan keuangan lembaga keagamaan itu.

Persetujuan penangkapan diumumkan melalui Kejaksaan Xinxiang, yang menyebut bahwa keputusan diambil berdasarkan indikasi kuat terkait, “Dugaan penggelapan, penyalahgunaan uang, dan penerimaan suap sebagai nonpegawai negara,” sebagaimana diberitakan AFP pada Minggu (16/11/2025). Hingga kini, pihak berwenang disebut belum memberikan konfirmasi apakah Shi sudah diamankan aparat atau masih dalam proses pemeriksaan lanjutan.

Shi Yongxin telah memimpin Kuil Shaolin sejak 1999. Selama menjabat, sosok berusia 60 tahun ini dikenal luas karena mengangkat citra Kuil Shaolin ke panggung global, termasuk mempromosikan warisan budaya kung fu dan ajaran Buddha hingga ke berbagai belahan dunia. Popularitasnya membuat ia kerap dijuluki “CEO Biarawan” lantaran terlibat dalam pendirian puluhan perusahaan di luar China. Namun, langkah-langkah modernisasi yang ia tempuh tidak selalu mendapat sambutan positif dan bahkan memicu kritik keras mengenai komersialisasi lembaga spiritual tersebut.

Tudingan terhadap Shi tidak hanya datang dari otoritas negara. Sejumlah mantan biarawan sebelumnya telah menyampaikan laporan bahwa sang mantan kepala biara diduga menggelapkan dana dari sejumlah perusahaan yang dijalankan di bawah nama Kuil Shaolin. Ia bahkan dikabarkan memiliki koleksi mobil mewah serta diduga mempunyai anak dari beberapa perempuan—isu yang semakin memperburuk citra pribadi dan posisinya sebagai tokoh agama.

Pada Juli lalu, organisasi Buddha tertinggi di China mengambil langkah tegas dengan mencabut sertifikat penahbisan Shi. Dalam pernyataannya, Asosiasi Buddha China menyampaikan kritik keras. “Tindakan Shi Yongxin merupakan perilaku yang sangat amat buruk, merusak reputasi komunitas Buddha secara serius, melukai citra para biksu,” demikian pernyataan organisasi tersebut.

Kasus yang menjerat Shi memberikan tekanan besar terhadap citra Kuil Shaolin, yang telah berdiri sejak tahun 495 dan dikenal sebagai pusat kelahiran Zen Buddhism serta seni bela diri kung fu. Pemerintah China kini berada dalam posisi untuk menegaskan komitmennya terhadap transparansi dalam lembaga keagamaan dan pengelolaan aset budaya negara.

Perkembangan selanjutnya dari proses hukum Shi Yongxin menjadi perhatian banyak pihak, terutama mengingat tingginya pengaruh Kuil Shaolin di tingkat domestik maupun internasional. Kasus ini juga membuka kembali diskusi tentang tata kelola lembaga keagamaan dan potensi penyalahgunaan kekuasaan dalam struktur kepemimpinan spiritual. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com