TARAKAN – Musibah kebakaran yang melumat habis rumah Muhammad Yahya di Sebengkok Waru hanya berlangsung beberapa menit, namun menyapu bersih hasil jerih payah yang ia bangun sejak tahun 2002. Kebakaran terjadi sekitar pukul 14.20 WITA, Rabu (19/11/2025), meninggalkan Yahya hanya dengan pakaian kerja yang melekat di tubuhnya.
Meski kehilangan seluruh harta bendanya, ayah dua anak itu tetap tampak tegar. Ia mengisahkan bahwa rumahnya dalam keadaan kosong saat api melalap bangunan semi permanen tersebut.
“Saya posisi ikut pengantaran barang ke gudang. Jadi rumah memang kosong. Sebenarnya saya sama dua anak saya. Tapi dua-duanya ikut saya kerja. Teman bilang ada kebakaran,” ujarnya.
Yahya baru menyadari api berasal dari rumahnya setelah seorang tetangga mendatangi lokasi kerjanya di Gunung Lingkas. Bergegas pulang dengan pakaian kerja, ia hanya bisa menyaksikan rumahnya sudah dilingkupi api besar.
“Sampai rumah sudah terbakar. Tidak ada yang bisa diselamatkan. Karena sudah habis. KTP juga tidak ada. Semua habis. Pakaian di badan saja sisa,” ungkapnya.
Kerugian diperkirakan mencapai Rp130 juta, termasuk bangunan dan seluruh dokumen penting. Rumah yang selama bertahun-tahun ia bangun perlahan itu bahkan baru masuk daftar program bedah rumah, dengan sebagian material sudah ia siapkan di rumah tetangga.
Yahya mengaku tidak memiliki firasat buruk sebelumnya. Bahkan pada siang hari ia sempat pulang untuk beristirahat sebelum kembali bekerja. “Jam 12.30 WITA itu sempat pulang. Terus kembali lagi jam 13.00 WITA,” ucapnya.
Terkait dugaan penyebab, ia memastikan kompor dalam keadaan mati. Namun, ia tak yakin kondisi kipas angin di kamar anaknya. “Kalau anak saya yang paling besar itu di dalam kamar, enggak tahu sih. Hidup apa enggak, kurang tahu,” akunya.
Api cepat membesar karena struktur bangunan masih semi permanen dengan dinding kayu di bagian belakang. Petugas pemadam kebakaran melakukan pendinginan setelah api berhasil dipadamkan sepenuhnya.
Kini, Yahya sementara tinggal di rumah keluarga sebelah sambil memikirkan cara membangun kembali rumahnya. Pendapatannya sebagai buruh pelabuhan yang tidak menentu membuat perjuangan memulai dari nol semakin berat.
“Per bulan tidak menentu karena tergantung ada tidaknya bongkaran barang,” tutupnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan