SANGGAU — Hujan deras yang semula dianggap sebagai cuaca penghujung tahun di Dusun Pulau Mpoh, Desa Gunam, Kecamatan Parindu, berubah menjadi bencana saat angin kencang tiba-tiba berputar dan memicu puting beliung pada Kamis 20 November 2025 sore. Dalam suasana mencekam di tengah deru angin dan patahan cabang pohon, seorang teknisi listrik bernama Mardiyanto (31) justru sedang menjalankan tugasnya tugas yang ternyata menjadi perjalanan terakhirnya.
Mardiyanto, warga Dusun Wonosari, Desa Suka Mulya, datang bersama rekannya, David Indrayanto, setelah menerima laporan gangguan listrik di rumah milik Palansius Alex (27). Meski langit gelap dan angin mulai tidak bersahabat, keduanya tetap melakukan pemeriksaan. Mardiyanto bekerja di area dapur untuk mengecek pitingan lampu, sementara David berada di ruang tamu mengevaluasi instalasi lainnya.
Tidak ada tanda bahaya hingga dentuman keras tiba-tiba terdengar. David terkejut dan langsung menuju dapur. Saat itu, ia mendapati pemandangan yang mengerikan: sebuah pohon besar tumbang dan menimpa bagian bangunan. Reruntuhan kayu, genting, serta batang pohon menghimpit tubuh sahabatnya. Bersama Alex, David berusaha menarik tubuh Mardiyanto dari reruntuhan, lalu membawanya dalam keadaan sangat kritis ke RSUD Sanggau.
Di rumah sakit, keluarga menerima kabar pahit. Ayah korban, Ahmadi (59), mengetahui hasil rontgen menunjukkan tulang ekor Mardiyanto bergeser parah, sementara kaki kirinya mengalami retak berat. Kondisi itu membuat tim medis mengambil keputusan cepat untuk merujuk korban ke RS Mitra Medika Pontianak sekitar pukul 02.00 WIB. Namun setibanya di Pontianak pada pukul 06.00 WIB, Mardiyanto dinyatakan meninggal dunia.
Duka mendalam menyelimuti keluarga dan rekan kerja. Bagi mereka, Mardiyanto bukan sekadar korban cuaca ekstrem, melainkan pekerja yang hingga detik terakhir hidupnya tetap menjalankan tanggung jawab tanpa menyadari bahwa badai hari itu merenggut masa depannya.
Puting beliung juga menyebabkan kerusakan berat pada bagian dapur rumah milik Alex, dengan taksiran kerugian sekitar Rp50 juta. Situasi kembali aman setelah polisi mensterilkan lokasi kejadian.
Kabar mengenai meninggalnya Mardiyanto baru diterima Polsek Parindu pada Jumat (21/11/2025) pukul 10.00 WIB. Kapolsek Parindu, Ipda N. Ling, menyampaikan ungkapan belasungkawa mendalam. “Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya saudara Mardiyanto. Kejadian ini mengingatkan kita untuk meningkatkan kewaspadaan. Laporkan bila ada pohon rapuh atau kondisi lingkungan yang membahayakan,” ungkapnya.
Polsek Parindu bersama Forkopimcam, tokoh masyarakat, dan tokoh adat juga telah melakukan pendataan korban, pengamanan lokasi, serta koordinasi lanjutan guna mengantisipasi bencana serupa, terlebih saat curah hujan dan angin kencang masih tinggi di wilayah Parindu. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan