Hujan Ekstrem Picu Krisis, Tiga Desa Terendam

KOTAWARINGIN TIMUR –  Bencana banjir kembali menghantam sejumlah desa di Kecamatan Tualan Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dan situasinya kian mengkhawatirkan. Sejak awal pekan, hujan deras tak henti mengguyur wilayah ini, membuat permukaan sungai melonjak tajam dan merendam pemukiman warga. Dalam rilis insidentil Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kotim pada Kamis (04/12/2025) pukul 18.50 WIB, tiga desa dilaporkan mengalami kenaikan air dengan kondisi berbeda-beda dan dampak yang cukup serius.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Tengah sebelumnya sudah mengingatkan potensi hujan intensitas tinggi akan mendominasi sebagian wilayah provinsi pada Desember 2025. Khusus Kotim bagian selatan, hujan kategori tinggi diprediksi terjadi pada Dasarian I, yaitu 1–10 Desember.

Peringatan tersebut sejalan dengan pemantauan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II yang mencatat lonjakan mendadak tinggi muka air sungai. Pada 3 Desember pukul 18.00 WIB, Pos Duga Air (PDA) Samuda mencatat ketinggian air mencapai 7,27 meter, masuk status Siaga 1. Curah hujan ekstrem di wilayah hulu termasuk Tumbang Sangai, Tumbang Mangkup, dan Pantap memicu derasnya arus air menuju hilir.

“Curah hujan yang terjadi di wilayah utara sungai cukup signifikan dan langsung berdampak pada kenaikan permukaan air di beberapa titik,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, Jumat (05/12/2025).

Desa Tumbang Mujam menjadi lokasi yang mengalami kenaikan air paling cepat. Kamis (04/12/2025) pagi, tinggi air masih 49 sentimeter, namun pada siang hari meningkat menjadi 60 sentimeter. Satu rumah dengan empat jiwa dan satu kantor pelayanan publik turut terdampak.

Kondisi lebih parah terjadi di Desa Merah. Ketinggian air mencapai 60–100 sentimeter, melumpuhkan jalan utama sepanjang 400–500 meter. Akses warga menuju puskesmas terblokir total.

Sebanyak 12 rumah milik 13 kepala keluarga atau sekitar 40 warga terdampak banjir, meski belum ada yang mengungsi.

“Untuk Desa Merah dan Luwuk Sampun, yang paling mengganggu adalah akses. Jalan tidak bisa dilalui kendaraan sehingga aktivitas masyarakat ikut terhambat,” kata Multazam.

Desa Luwuk Sampun juga menghadapi kondisi hampir sama, dengan genangan 60–100 sentimeter menutup jalan sepanjang hampir 700 meter. Meskipun demikian, warga tetap bertahan di rumah masing-masing.

BPBD Kotim telah berkoordinasi dengan PLN Ranting Sampit untuk mengamankan trafo listrik yang terancam tergenang di Tumbang Mujam. Koordinasi juga dilakukan dengan pemerintahan desa dan BWS Kalimantan II, serta menyiapkan moda transportasi sungai untuk menjamin layanan dasar tidak terputus.

“Kami sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi. TRC juga akan turun langsung ke lokasi pada 5 Desember untuk memastikan kebutuhan warga dapat dipenuhi,” tegas Multazam.

BPBD mengimbau warga sekitar bantaran sungai meningkatkan kewaspadaan, terutama jika hujan di wilayah hulu kembali mengguyur. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com