MISSOURI — Dunia kepolisian Amerika Serikat kembali tercoreng. Seorang mantan polisi bernama Julian Alcala mencoreng institusi tempatnya bekerja setelah mengaku di Pengadilan Distrik AS telah mencuri foto-foto telanjang dari 20 perempuan yang dia hentikan dengan dalih razia lalu lintas.
Aksi bejat itu dilakukan ketika Alcala masih bertugas di Departemen Kepolisian Florissant, Missouri, antara 6 Februari hingga 18 Mei 2024. Dengan alasan mengecek asuransi atau registrasi kendaraan, Alcala menghentikan para pengendara perempuan, mengambil ponsel mereka, lalu membawanya ke mobil patroli.
Mengutip laporan Metro, Jumat (05/12/2025), dari dalam mobil patroli itulah Alcala membuka galeri setiap ponsel dan mencuri foto pribadi korbannya. Modusnya selalu sama: seolah memproses razia, padahal sedang menjarah privasi.
Aksi tersebut terbongkar setelah salah satu korban menemukan video dirinya terkirim ke ponsel pribadi Alcala, yang kemudian memicu laporan dan penyelidikan serius. Situasi berubah drastis hingga akhirnya FBI turun tangan menyelidiki kasus tersebut.
Alcala lalu mengundurkan diri pada Juni 2024, tepat setelah penyelidikan dimulai. Departemen Kepolisian Florissant mengeluarkan kecaman keras dan menyebut ulah mantan anggotanya itu sebagai pengkhianatan terhadap kehormatan institusi.
“Perilaku ini sangat menjijikkan dan merupakan pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang kami pegang. Ini sama sekali tidak mencerminkan profesionalisme dan integritas para petugas kami yang berdedikasi,” tegas pihak kepolisian dalam keterangannya.
“Sebagai tindak lanjut, kami akan memprioritaskan untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat dengan komitmen penuh terhadap transparansi dan akuntabilitas,” tambah mereka.
Pengadilan kemudian mengeluarkan surat perintah penggeledahan terhadap ponsel dan penyimpanan cloud milik Alcala. Dalam persidangan, mantan polisi itu mengaku bersalah atas 20 dakwaan. Vonis hukuman akan dibacakan pada 11 Maret 2026. Setiap dakwaan membawa ancaman hingga satu tahun penjara dan denda 100.000 dollar AS, atau kombinasi keduanya.
Kasus ini memicu kemarahan publik dan kembali menyalakan perdebatan mengenai penyalahgunaan kekuasaan serta perlunya sistem pengawasan yang lebih ketat terhadap aparat penegak hukum. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan