ACEH — Krisis layanan kesehatan kembali mencuat di lokasi pengungsian korban banjir bandang Aceh Tamiang, menyusul kabar duka meninggalnya Aisyah (63), seorang pengungsi yang telah berhari-hari berjuang menghadapi penyakit diabetes tanpa akses perawatan medis memadai. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (05/12/2025) di tenda pengungsian darurat yang menjadi tempat tinggal sementara puluhan warga.
Aisyah dan keluarganya harus mengungsi tergesa-gesa ketika banjir bandang menerjang permukiman mereka. Air bah yang datang mendadak membuat keluarga ini tak sempat menyelamatkan barang-barang penting, termasuk obat-obatan yang selama ini menjadi kebutuhan utama untuk menjaga kondisi kesehatan Aisyah.
Sejak berada di pengungsian, kondisi Aisyah terus menurun. Minimnya akses layanan medis serta keterbatasan fasilitas kesehatan di lokasi pengungsian disebut menjadi salah satu faktor yang memperparah situasi. Putrinya, Sri Wahyuni, mengenang bagaimana sang ibu berkali-kali berharap dapat kembali ke rumah mereka yang terendam banjir.
“Keinginan terakhirnya cuma ingin pulang,” ujar Sri Wahyuni dengan suara terbata.
Sementara itu, suami almarhumah, Asan, mengungkapkan keluarga mereka baru mendapatkan bantuan setelah satu minggu berada di pengungsian. Selama masa itu, mereka bertahan dengan kondisi seadanya tanpa dukungan medis yang diperlukan untuk mengobati penyakit kronis Aisyah.
“Kami baru dapat bantuan setelah satu minggu mengungsi,” tutur Asan.
Kisah pilu Aisyah menyoroti kondisi darurat yang kerap terjadi pascabencana, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan pasien penyakit kronis. Para relawan menilai, kebutuhan medis sering kali tidak menjadi prioritas awal dalam distribusi bantuan, padahal sangat menentukan keselamatan warga.
Peristiwa ini menambah daftar panjang persoalan penanganan pengungsi saat bencana, khususnya terkait ketersediaan layanan kesehatan, sistem distribusi bantuan, serta perhatian terhadap warga yang memiliki kondisi medis khusus. Pemerhati kebencanaan mendorong pemerintah daerah agar memperkuat koordinasi antara dinas kesehatan, BNPB, dan relawan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
Kematian Aisyah menjadi pengingat penting bahwa bencana bukan hanya merusak fisik bangunan dan infrastruktur, tetapi juga mengancam nyawa warga yang memerlukan penanganan medis berkelanjutan. Para pengungsi kini berharap penanganan kesehatan di lokasi pengungsian dapat segera ditingkatkan, agar tidak ada lagi korban jiwa akibat keterlambatan layanan. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan