BANJARBARU — Kalimantan Selatan tengah bersiap mengambil langkah besar di pasar komoditas dunia. Setelah bertahun-tahun hanya dikenal sebagai penghasil kopra, provinsi ini akhirnya mendorong hilirisasi besar-besaran dengan menyiapkan pabrik pengolahan coconut milk (susu kelapa) di Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Rencana pembangunan pabrik kini memasuki tahap persiapan akhir. Daerah yang selama ini identik dengan kelapa dalam itu akan menjadi pusat produksi baru yang menargetkan pasar ekspor. Arah pembangunan ini sekaligus menunjukkan ambisi Kalsel untuk bangkit menghidupkan kejayaan kelapa dalam yang lama tertutup pamor industri sawit.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel, Suparmi, mengungkapkan bahwa Batola sudah lama disiapkan sebagai pusat pengembangan kelapa dalam. Bahkan sejak 2006–2009, area seluas 3.000 hektar telah diproyeksikan menjadi sentra utama, jumlah yang kini menjadi syarat minimal untuk menopang satu pabrik industri hilir.
“Tiga ribu hektar itu luasan minimal untuk menopang satu pabrik. DPRD Provinsi juga sudah intensif berkoordinasi dengan Pemkab Batola, bahkan calon lokasi pabrik telah ditunjuk,” kata Suparmi dalam kegiatan sosialisasi di Banjarbaru, Kamis (11/12/2025).
Varietas unggulan yang dipilih adalah Kelapa Dalam Entok, jenis yang produktivitasnya tinggi dan cocok dengan karakter lahan Kalsel. Namun yang membuat proyek ini semakin menarik adalah meningkatnya permintaan global coconut milk, terutama sebagai bahan susu nabati yang sedang booming di berbagai negara.
“Kita tidak ingin berhenti di kopra. Coconut milk kini menjadi komoditas yang banyak dipakai sebagai bahan susu nabati, terutama di kafe-kafe. Tren konsumsi susu non-hewani sedang naik pesat,” tegasnya.
Hilirisasi ini diproyeksikan membuka peluang ekspor besar dan memperkuat posisi Kalsel sebagai pemasok produk bernilai tambah. Selain itu, program ini juga sejalan dengan upaya daerah mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) lewat komoditas lokal yang kaya nutrisi.
Suparmi mengingatkan bahwa kelapa merupakan komoditas yang lebih stabil dibanding sawit. Dengan pengembangan serius, ia meyakini coconut milk bisa menjadi motor ekonomi baru yang berkelanjutan.
“Dengan dukungan lintas sektor, kami optimistis ekspor coconut milk dari Kalsel bisa segera terwujud. Ini bukan tren sesaat, tapi industri yang berkelanjutan,” ujarnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan