KYIV – Gelombang kekerasan kembali menghantam Ukraina. Kota industri Zaporizhzhia menjadi sasaran serangan udara Rusia yang menyebabkan puluhan warga sipil terluka, termasuk anak-anak. Serangan ini mempertegas rapuhnya perlindungan terhadap penduduk sipil di tengah konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Berdasarkan laporan AFP, Kamis (18/12/2025), serangan tersebut terjadi pada Rabu (17/12/2025) waktu setempat. Kepala Administrasi Militer Regional Ukraina, Ivan Fedorov, menyebutkan bahwa seluruh korban merupakan penduduk kota Zaporizhzhia. Hingga laporan terbaru, jumlah korban luka mencapai 32 orang.
Sebelumnya, layanan penyelamatan setempat melaporkan sekitar 30 korban luka, dengan lima di antaranya adalah anak-anak. Serangan tersebut menghantam sejumlah titik vital permukiman, termasuk sebuah blok apartemen, rumah tinggal, serta sebuah lembaga pendidikan, yang memicu kepanikan massal warga.
Di lokasi kejadian, wartawan AFP menyaksikan petugas pemadam kebakaran berjibaku memadamkan api yang melahap bangunan bertingkat. Asap hitam pekat membumbung tinggi ke udara, menandai dampak destruktif dari serangan yang terjadi di kawasan padat penduduk.
Tak hanya itu, Fedorov juga mengonfirmasi dua warga lainnya terluka akibat serangan drone Rusia yang menghantam sebuah mobil sipil di wilayah Kushuhum, bagian selatan Zaporizhzhia. Insiden tersebut kembali menegaskan bahwa kendaraan dan fasilitas sipil tak luput dari gempuran.
Zaporizhzhia sendiri merupakan kota strategis bagi Ukraina. Sebelum perang, kota ini dihuni sekitar 710.000 jiwa dan dikenal sebagai pusat industri berat, mulai dari metalurgi, manufaktur otomotif, hingga peralatan listrik. Letaknya yang hanya sekitar 27 kilometer dari garis depan menjadikannya target empuk sejak invasi Rusia dimulai pada Februari 2022.
Wilayah ini terus berada dalam bayang-bayang konflik, terlebih setelah Kremlin pada akhir 2022 mengklaim telah mencaplok Zaporizhzhia bersama tiga wilayah lain di timur dan selatan Ukraina. Klaim tersebut hingga kini ditolak keras oleh Kyiv dan komunitas internasional.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah tekanan diplomatik Amerika Serikat yang mendorong Ukraina agar menerima syarat-syarat perdamaian. Namun, sejumlah pengamat menilai upaya tersebut justru berpotensi menguntungkan Kremlin, sementara warga sipil Ukraina terus menanggung dampak paling nyata dari perang yang berkepanjangan. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan