DHAKA – Mantan Perdana Menteri Bangladesh Khaleda Zia wafat pada usia 80 tahun setelah lama berjuang melawan penyakit kronis. Kabar duka tersebut diumumkan secara resmi oleh Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) pada Minggu (30/12/2025).
Khaleda Zia mengembuskan napas terakhir saat menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Evercare, Dhaka. Ia dirawat sejak 23 November akibat gangguan pernapasan, sebelum kondisinya memburuk dan dipindahkan ke ruang perawatan intensif pada 27 November. Dalam beberapa hari terakhir, kondisi Zia disebut sangat kritis hingga bergantung pada alat bantu hidup dan menjalani dialisis rutin.
“Upaya medis telah dilakukan secara maksimal, namun kondisi beliau terus menurun dalam beberapa hari terakhir,” ujar salah satu pejabat BNP dalam pernyataan tertulis kepada media.
Tim dokter menyebut Khaleda Zia menderita sejumlah penyakit kronis, di antaranya penyakit jantung, diabetes, artritis, sirosis hati, serta gangguan ginjal. Kombinasi penyakit tersebut membuat kondisi kesehatannya semakin rapuh.
Penasihat Utama Bangladesh, Muhammad Yunus, menyampaikan duka mendalam atas wafatnya tokoh politik tersebut. Ia menilai kepergian Khaleda Zia sebagai kehilangan besar bagi bangsa Bangladesh.
“Bangladesh hari ini kehilangan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah politiknya. Kontribusi dan pengabdiannya terhadap demokrasi akan terus dikenang,” kata Yunus, sebagaimana dikutip media nasional.
Pemerintah Bangladesh sebelumnya menetapkan Khaleda Zia sebagai tokoh negara berstatus sangat penting (VVIP) atas perannya dalam perjalanan politik nasional. Khaleda merupakan istri dari mendiang Presiden Bangladesh Ziaur Rahman dan pemimpin lama BNP.
Khaleda Zia mulai terjun ke politik nasional pada 1982, setahun setelah wafatnya sang suami. Dari seorang ibu rumah tangga tanpa latar belakang politik, ia menjelma menjadi figur utama gerakan sipil yang berperan dalam tumbangnya rezim militer Presiden Hussain Muhammad Ershad.
“Dia berhasil mengubah duka pribadi menjadi kekuatan politik nasional,” ujar seorang pengamat politik Bangladesh kepada media setempat.
Pada 1991, Khaleda Zia mencatat sejarah sebagai perdana menteri perempuan pertama Bangladesh, sekaligus simbol kembalinya demokrasi parlementer di negara tersebut.
Dalam satu dekade terakhir, kondisi kesehatan Khaleda Zia menurun tajam, terutama setelah menjalani hukuman penjara dalam kasus korupsi. BNP menilai kasus tersebut bermuatan politik.
“Kasus-kasus hukum terhadap Ibu Khaleda tidak terlepas dari upaya membungkam oposisi,” tegas seorang petinggi BNP.
Setelah mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina meninggalkan Bangladesh pada Agustus tahun lalu, Khaleda Zia dibebaskan dari tahanan rumah dan menjalani perawatan medis di Inggris sejak Januari 2025. Mahkamah Agung Bangladesh kemudian memberikan pengampunan atas vonis korupsi yang menjeratnya, membuka peluang politik menjelang Pemilu 2026.
Sejumlah partai politik, termasuk Jamaat-e-Islami, turut menyampaikan belasungkawa. “Kami menyampaikan simpati mendalam atas wafatnya seorang tokoh besar bangsa,” demikian pernyataan resmi partai tersebut.
Wafatnya Khaleda Zia menutup satu bab penting dalam sejarah panjang politik Bangladesh, yang selama puluhan tahun diwarnai rivalitas, perjuangan demokrasi, dan dinamika kekuasaan. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan