Warga Lempake tiba-tiba heboh. Suara gemuruh disertai getaran tanah membuat sebagian warga mengira ada gempa. Ternyata, sumber suara tersebut berasal dari Jembatan Benanga, Desa Muang, RT 31, Kecamatan Samarinda Utara yang roboh, Senin (9/6) sekitar pukul 01.30 Wita dini hari kemarin.
Robohnya jembatan tersebut bukan tanpa sebab. Sebuah ekskavator milik Anton Surya, warga Kelurahan Tanah Merah, melintas di atas jembatan yang sudah tidak layak dilewati tersebut. Tinggal beberapa meter mencapai seberang jalan, jembatan tersebut ambruk. Ekskavator terguling dan masuk ke sungai.
Suara ambruknya jembatan dan jatuhnya ekskavator ke sungai membuat warga sekitar berhamburan keluar rumah. Sebagian mereka mengira terjadi gempa. Salah satunya Ketua RT 31 Fajri. Rumah Fajri kebetulan berada tepat di pinggir jalan sekitar 30 meter dari Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Fajri yang baru saja tersadar dari tidurnya bergegas keluar rumah dan mencari tahu asal suara tersebut. Rupanya sebuah ekskavator sudah terguling di dalam sungai. Selain Fajri warga lain juga sudah berkumpul karena penasaran apa sebenarnya yang terjadi.
Dijelaskan Fajri, dia saat kejadian sedang tidur pulas. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti gempa. Rumahnya ikut bergoyang. Namun kejadian itu sangat cepat sehingga dia tidak yakin kalau getaran di rumahnya benar gempa. Berselang sekitar 10 menit terdengar suara kayu patah diikuti gemuruh. “Saya pikir gempa. Tapi kalau gempa rasanya gak mungkin,” ungkapnya.
Hanya berselang beberapa menit, Camat Samarinda Utara Syamsu Alam dan Lurah Lempake Nurharyanto sudah ada di TKP. Kedua pejabat ini juga kaget dan mempertanyakan mengapa ada alat berat yang hendak melintas di jembatan yang sudah tidak layak ini. Kedua pejabat lantas melakukan negosiasi dengan pemilik ekskavator yang intinya meminta Anton Surya bertanggungjawab.
Ditemui di lokasi kejadian, Anton Surya menjelaskan dia sudah meminta anak buahnya untuk berhati-hati saat melintas. Apalagi diakuinya memang jembatan tersebut sudah rusak parah. Namun dia tetap yakin bisa menyeberangkan alat tersebut karena sebelumnya dengan kondisi yang sama, alat tersebut menyeberang dengan selamat. “Ada tanah yang saya ratakan di dalam (Muang Dalam, Red). Rencana ekskavator itu akan saya gunakan untuk mengerjakan lahan saya di Tanah Merah. Tapi rupanya saya kena apes di sini,” paparnya.
Terhadap kerusakan jembatan, Anton menyatakan siap bertanggungjawab memperbaiki jembatan tersebut. Namun hanya pada bagian yang rusak yang akan dia perbaiki. Tetapi jika dia diminta untuk membuat jembatan tersebut lebih bagus atau membangun yang baru, dia mengaku tidak sanggup. “Saya akan perbaiki yang saya rusak. Kalau saya disuruh memasang tiang pancang, saya tidak sanggup,” tegasnya.
Kepala Seksi (Kasi) Jembatan Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Samarinda Eko Restu menambahkan, jembatan tersebut sudah dianggarkan dalam APBD Kota Samarinda sebanyak Rp 2 Miliar. Tahun ini juga jembatan tersebut akan diperbaiki namun tidak bisa seluruhnya melainkan bertahap. “Dana Rp 2 miliar tersebut sudah termasuk pembuatan jembatan darurat,” ucapnya. [] RedFj/SP