Ratusan kendaraan roda empat, Jumat (13/6) kemarin kembali antre mengular di Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) Jalan Tanjung, Kelurahan Nunukan Utara. Bukan karena APMS yang buka terkadang dua pekan sekali kekurangan stok Bahan Bakar Minyak (BBM), karena rusaknya mesin pompa.
Heru, salah seorang karyawan APMS Rapti Indah Jaya kepada Koran Kaltara mengatakan, jika kerusakan mesin pompa BBM jenis premium sudah terjadi sejak Kamis (12/6) malam.
“Bukan karena bensin tidak ada, karena memang ada kendala teknis mesinnya rusak gak bisa mompa bensinya. Tadi malam sudah diperbaiki tapi pagi tadi rusak lagi,” jelas Heru.
Sementara itu, sebagian pengendara mengaku telah antre sejak pukul 05.00 Wita dan kesal akibat tak jelasnya informasi diberikan petugas APMS ke pengendara. “Katanya mesin pompa rusak, kalau memang rusak kenapa dibuka, sebaiknya tutup saja, kalau begini buat kami menunggu berjam-jam. Ini jadi pertanyaan, kenapa ada karyawan yang menyebut APMS mau dibuka, tiba-tiba datang lagi memberi informasi jika mesin pompanya rusak, sekarang ada bensin atau tidak? kita tak berharap juga,” kesal Irwan, sopir angkutan umum.
Irwan mengaku terlalu lama menunggu ketidakpastian operasi APMS di Jalan Tanjung. Ia mengalami rugi karena tak bisa cari penumpang.
“Ya rugi lah mas, kalau memang tak ada bensin, saya bisa cari penumpang dulu supaya dapat penghasilan hari ini. Karena kita berharap akan layani pengisian minyak, akhirnya tak cari penumpang,” ujarnya.
Masalah BBM di Nunukan merupakan satu dari sekian persoalan yang hingga kini belum juga tuntas. Meskipun dengan tegas Sekretaris Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Nunukan Ambrosius Lawe Tukan kepada Koran Kaltara mengatakan bahwa sementara hanya sebatas APMS terlebih dahulu yang harus dipikirkan agar bisa bertambah.
“Sebenarnya, kita hanya perlu beberapa APMS yang berada tidak dalam satu titik, yang jadi masalah kenapa ada antrean,” ucap Ambrosius.
Ia melanjutkan, jika penyebab antre kendaraan di Nunukan akibat tiga faktor, yakni selama penambahan kouta belum terpenuhi maka antrean BBM akan terus terjadi, selama titik penjualan atau APMS berada dalam satu kawasan atau satu jalur serta masyarakat tak taat dengan aturan maka antrean panjang di Nunukan tak terpecahkan.
“Hampir semua cara telah dilakukan, jika ketiga faktor itu belum selesai, jangan harap antrean di Nunukan bisa hilang, kalau kita mau jujur, semua langkah sudah dilakukan dan hingga kini kesadaran masyarakat masih rendah,” keluhnya.
Tahun ini, Pemkab hanya mendapat jatah BBM jenis premium 1.140 kilo liter (KL) per bulan, sementara jenis solar mendapat jatah 390 KL per bulan.
“Jatah premium enam APMS di Nunukan masing-masing PT Cahaya Nunukan 290 KL per bulan, PT Rapti Indah 295 KL perbulan, PT Rapti Indah Jaya 85 KL per bulan, PT Saini 200 KL per bulan serta dua APMS di Pulau Sebatik terdiri PT Cahaya Soppeng 200 KL per bulan dan PT Sebatik Indah 70 KL per bulan,” sebutnya.
Jika mengacu pada angka diatas, Nunukan masih sangat kekurangan dengan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan BBM, khususnya bagi mereka yang melakukan budidaya rumput laut. [] RedFj/KK