INTERNASIONAL, UGANDA – KELOMPOK bersenjata yang terkait dengan Islamic State (ISIS) telah melakukan ‘serangan teroris’ ke sebuah sekolah menengah di wilayah Uganda bagian barat dekat perbatasan dengan Republik Demokratik Kongo. Sedikitnya 40 orang tewas dalam serangan yang mematikan itu.
Anggota Pasukan Demokratik Sekutu atau Allied Democratic Forces (ADF), sebuah kelompok Uganda yang berbasis di Kongo bagian timur, menyerang sekolah menengah Lhubirira di Mpondwe, membakar asrama dan menjarah makanan pada Jumat (16/6/2023) malam. ADF juga diketahui telah menyatakan sumpah setia kepada kelompok teroris ISIS.
Seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (17/6/2023), juru bicara kepolisian nasional Uganda, Fred Enanga, mengatakan serangan teroris itu terjadi pada Jumat (16/6/2023) malam di sekolah menengah Lhubirira di Mpondwe, dekat Bwera, yang terletak dekat perbatasan dengan Republik Demokratik Kongo.
“Sejauh ini 25 jenazah telah ditemukan dari sekolah itu dan dipindahkan ke Rumah Sakit Bwera,” tutur Enanga dalam pernyataannya.
“Juga ditemukan delapan korban lainnya, yang masih dalam kondisi kritis di Rumah Sakit Bwera,” imbuhnya. Pihak berwenang tidak merinci berapa banyak siswa yang termasuk di antara para korban.
Tak berapa lama, Wali kota Mpondwe-Lhubiriha Selevest Mapoze merilis pernyataan baru yang menyebutkan bahwa korban tewas meningkat menjadi setidaknya 40 orang, dengan sejumlah orang yang diculik. Dikatakan wali kota dan laporan media setempat, para korban termasuk siswa, satu penjaga dan dua anggota masyarakat setempat yang tewas di luar sekolah.
“Beberapa siswa menderita luka bakar yang fatal ketika pemberontak membakar asrama, dengan yang lain ditembak atau dibacok sampai mati dengan parang,” jelas Wali kota Mpondwe-Lhubiriha Selevest Mapoze seperti dikutip Associated Press, Sabtu (17/6/2023).
Juru bicara militer Felix Kulayigye menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 37 orang. “Delapan orang terluka dan enam lainnya diculik,” katanya.
Juru bicara kepolisian nasional Fred Enanga mengatakan sebuah asrama dibakar dan toko makanan dijarah dalam serangan di sekolah milik swasta yang terletak di distrik Kasese, Uganda, sekitar dua kilometer (1,2 mil) dari perbatasan DRC.
Enanga mengatakan unit tentara dan polisi sedang mengejar para penyerang yang melarikan diri ke arah Taman Nasional Virunga melewati perbatasan ke Kongo di mana ADF bermarkas.
Catherine Soi dari Al Jazeera, melaporkan dari Nairobi, mengatakan area taman telah ditutup. “Orang-orang di sana sangat ketakutan dan sangat cemas dan orang-orang tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” katanya.
KELOMPOK TERORIS PALING MEMATIKAN
ADF sendiri awalnya merupakan kelompok pemberontak di Uganda, mendapatkan pijakan di Kongo mulai tahun 1990-an dan sejak saat itu dituduh membunuh ribuan warga sipil.
Sejak tahun 2019, beberapa serangan ADF di Kongo diklaim oleh ISIS, yang menggambarkan para petempur ADF sebagai cabang lokal yang disebut Islamic State Central Africa Province. Pada April lalu, ADF menyerang sebuah desa di wilayah Kongo bagian timur hingga menewaskan sedikitnya 20 orang.
Uganda telah mengirim pasukan ke DRC untuk membantu melawan ADF. Kelompok tersebut diyakini bertanggung jawab atas pembunuhan 36 orang pada bulan Maret selama serangan semalam di desa Mukondi, di DRC timur.
Pihak berwenang Uganda juga menyalahkan kelompok itu atas serangan bom bunuh diri yang mematikan di ibu kota, Kampala, pada 2021. ADF, yang oleh Amerika Serikat dianggap sebagai kelompok teroris, dianggap yang paling mematikan dari puluhan milisi bersenjata yang berkeliaran di DRC timur yang kaya mineral.
Pada tahun 1995, ADF dibentuk oleh koalisi pasukan pemberontak, termasuk Tentara Pembebasan Muslim Uganda dan Tentara Nasional untuk Pembebasan Uganda (NALU), untuk berperang melawan pemerintahan Yoweri Museveni.
Selama bertahun-tahun, ADF didukung oleh pemerintah DRC berikutnya yang ingin menumbangkan pengaruh Rwanda dan Uganda di negara tersebut. Namun pada 2013, ADF mulai menyerang sasaran militer Kongo, membuat tentara melakukan perlawanan.
Akibatnya, pemimpinnya Jamil Mululu melarikan diri ke Tanzania pada tahun 2015, di mana dia ditangkap dan diekstradisi ke negara asalnya untuk diadili atas tuduhan terorisme. Dalam beberapa tahun terakhir, ADF telah dikaitkan dengan kelompok bersenjata ISIL (ISIS) dan menyebut dirinya sebagai Madinah di Tauheed Wau Mujahidin, Kota Monoteisme dan Prajurit Suci (MTM). []
Penyunting : Agus P Sarjono (dari berbagai sumber)