SAMARINDA – SAMPAH masih menjadi persoalan pelik terkait penanganannya. Produksi sampah, baik rumah tangga maupun industri terjadi setiap hari. Sementara lahan penampungan sebagai tempat akhir pembuangan sampah sangat terbatas.
Seperti juga kota-kota lain di Indonesia bahkan dunia, Kota Samarinda tak lepas juga dari persoalan sampah ini. Kondisi lingkungan yang semakin menurun akibat sampah, membuat berbagai pihak terpanggil dan peduli untuk berperan aktif membenahi kondisi saat ini.
Salah satunya Bank Sampah Sylva Lestari Samarinda. Bank sampah yang berdiri sejak tahun 2011 ini ikut berperan aktif peduli untuk mengedukasi dan mempraktekkan langsung upaya penanggulangan pengurangan sampah yang ada di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).
Ketua Bank Sampah Sylva Lestari, Nana menjelaskan sebagai upaya turut peduli dengan kondisi lingkungan, pihaknya melakukan pengelolaan sampah untuk warga Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda.
Di wilayah Kelurahan Karang Asam Ulu, Bank Sampah Sylva Lestari menjadi pusat pengelolaan sampah, organik maupun anorganik. Sampah-sampah hasil limbah rumah tangga itu dipisahkan terlebih dahulu.
Untuk sampah organik berupa sisa sayur, buah, daun kering hingga kotoran hewan biasanya diolah kembali menjadi pupuk atau kompos. Sementara sampah anorganik berupa plastik, botol-botol bekas shampo, sabun dan kaleng-kaleng bekas didaur ulang. Sebagian biasanya dibuatkan kerajinan tangan.
Hasil dari daur ulang sampah ini membawa Bank Sampah Sylva Lestari bisa mengikuti ajang Kaltim Expo 2023 di Convention Center GOR Kadrie Oening Jalan Wahid Hasyim Sempaja, Samarinda. Dalam ajang tersebut Sylva Lestari memamerkan kreasi daur ulang sampah, baik itu hiasan maupun kompos.
“Seperti tutup botol yang tadinya dibuang bisa menjadi tas. Itu bisa bermanfaat dan memiliki nilai jual untuk membangun sirkulasi ekonomi,” ungkap Nana sambil memperlihatkan barang tersebut di Stand Bank Sampah Sylva Lestari dalam ajang Kaltim Expo 2023, Senin (21/08/2023).
Ia tak menampik, sampah yang dianggap sebagai sesuatu yang menjijikan dan dapat merusak lingkungan, ternyata bisa juga menghasilkan cuan alias uang.
“Ada usaha bisa menghasilkan cuan dari sampah. Kita sudah global warming, makanya sampah menjadi perhatian. Kalau sampah dibuang begitu saja, bisa merusak lingkungan. Makanya kita olah, kita buat kompos dan ecoenzym yang bisa menjadi pupuk,” jelasnya.
Tak hanya itu, beberapa kreasi dari daur ulang sampah juga telah terjual di Kaltim Expo ini. Nana mengatakan, tidak sedikit pengunjung yang penasaran dengan barang-barang produksi komunitas bank sampah ini. Sehingga mereka turut menghargai hasil kreativitas itu dengan membelinya.
“Kalau untuk harga, kita lebih ke hasil kreativitasnya ya, makanya kita jual dari harga Rp 50 ribu,” ujarnya.
Nana mengakui, persoalan sampah juga menjadi permasalahan tersendiri di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan adanya bank sampah, masyarakat pun bisa mengurangi sampah yang dibuang.
“Kita menunjukan, sampah yang dipandang sebelah mata juga memiliki nilai jual bisa dirubah menjadi emas, itu yang sudah diterapkan di nasabah kami,” tutupnya. []
Penulis: Hernanda | Penyunting : Agus P Sarjono