Pemerintah Provinsi dan Kabupaten jangan anggap remeh soal aset tanah Makam Juang Mandor, jika dibiarkan rawan berkurang karena secara legalitas aset sejarah itu belum bersertifikat.
“Kami tidak ingin aset seperti areal tanah makam juang Mandor berkurang. Tim teknis harus mengurusnya soal aset ini,” kata Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya usai upacara Hari Berkabung Daerah 28 Juni 2014.
Christiandy terkejut dengan kabar adanya berkurangnya tanah aset makam Juang Mandor yang merupakan situs sejarah Indonesia bahkan dunia itu. Karena setiap tahun tanggal 28 Juni diperingati Hari Berkabung Daerah.
“Kami tidak ingin ini berkurang aset makam juang Mandor yang sudah menjadi satu tempat ziarah yang sebenarnya bisa dikelola asset wisata sejarah,” ujar Christiandy.
Menurutnya, makam juang Mandor sebagai tonggak sejarah yang mana banyak sumber daya manusia di Kalbar meninggal dunia atas pembantaian oleh Jepang.
“Momentum peringatan Hari Berkabung Daerah dengan tujuan mengingatkan peristiwa berdarah jangan sampai terulang lagi,” ujarnya.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Kalbar Junaidi mengaku persoalan aset makam juang mandor baru diserahkan kepada instansinya sejak September 2013. Sehingga tahun ini, pihaknya baru akan menelusuri kembali proses sertifikasi lahan makam juang Mandor.
“Langkah kita, tahun ini akan menelusuri kembali proses sertifikasi yang belum selesai. Kami yakin proses sertifikasi tanah, tentu akan ada batas tanah dengan ketentuannya,” ungkap Junaidi.
Ia berharap persoalan adanya kabar pencaplokan lahan di areal makam juang Mandor akan selesai.
“Memang sertifikat makam juang Mandor belum ada. Tapi kalau semacam Peta dan sebagainya ada. Nah ini sebagai dasar kita,” kata Junaidi.
Seperti diketahui, makam Juang Mandor sudah puluhan tahun hanya ramai ketika peringatan Hari Berkabung Daerah. Karena jajaran pejabat dan ahli waris berkunjung untuk ziarah di 10 makam juang itu.
Jika puluhan tahun lalu ramai, karena sebagai tempat wisata dengan dikelola salah satu sponsor rokok. Sehingga taman dan kebun binatang juga ada di areal monumen makam juang Mandor itu.
Tapi sekarang, sudah tinggal kenangan. Pengelolaan wisata tidak ada. Bahkan danau-danau yang berada di areal makam juga sudah buntu banyak rumput. Padahal, jika instansi terkait bisa mengelola bisa aset lokasi pariwisata. Sedangkan di tepi jalan makam juga sudah pernah dikerjakan pertambangan emas tanpa izin sehingga tampak pasir putih. [] RedFj/Ant