PALESTINE – MENTERI Kabinet Perang Israel Gideon Sa’ar mengakui bahwa Hamas tidak dapat dikalahkan oleh tentara Israel. Sa’ar mengakui bahwa Hamas adalah kelompok pejuang Palestina yang kuat dan berkuasa di Gaza.
“Hamas masih jauh dari kekalahan,” kata Sa’ar kepada Radio Angkatan Darat Israel di Tel Aviv, Rabu (17/01/2024).
Bertahannya kubu Hamas di Gaza meskipun ada serangan Israel adalah tanda kekuatan kelompok tersebut. Sehingga menurutnya tidak ada alternatif selain pemerintahan Hamas di Gaza.
“Jika ada yang berpikir bahwa akan ada alternatif lain selain kekuasaan Hamas di Jalur Gaza, hal itu tidak akan terjadi,” lanjut Sa’ar.
Pekan lalu, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid meminta para menteri dari Partai Biru dan Putih, termasuk Gantz dan Sa’ar, untuk mundur dari pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. Usai adanya respons terhadap kebijakannya dalam perang Israel Vs Hamas yang sedang berlangsung.
Namun, Sa’ar, salah satu tokoh terkemuka Partai Biru Putih yang menentang perang, mengatakan penting untuk mempertahankan pemerintahan darurat karena Israel masih dalam keadaan perang.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza. Setidaknya 24.285 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Dan 61.154 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), 85 persen penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.
Sebuah data menunjukkan sekitar 30.000 pasukan pertahanan Israel (IDF) berpotensi mengalami cacat usai bertempur dan melakukan agresi di Gaza, Palestina. Seperti diketahui 4.000 tentara Israel kini telah dinonaktifkan, lantaran dalam kondisi cacat sejak awal perang di Gaza pada (07/10/2023) lalu.
“Negara ini (Israel) bersiap menerima sejumlah besar tentara Israel yang cacat, dan setelah 100 hari perang, sekitar 4.000 tentara telah diakui menderita cacat,” kata laporan itu.
Menurut situs Israel, operasi militer yang dilakukan oleh gerakan Perlawanan Palestina Hamas pada tanggal (07/10/2023) membawa Israel ke dalam fase perang yang belum pernah dialami sebelumnya. Di mana efeknya banyak tentara Isarel yang tewas, terluka, namun yang lebih penting mengalami cedera sangat parah.
Walla menambahkan bahwa tentara Israel yang mengalami luka parah hanya dapat bertahan hidup dengan perawatan medis berkualitas tinggi yang diberikan oleh tim penyelamat dan tim medis.
Sementara terkait potensi jumlah IDF yang mengalami cacat sebanyak 30.000, diduga pihak Israel menutupi data tersebut, mengutip Palestine Chronicle. Situs itu mengatakan bahwa tentara Israel tidak memberikan semua data tentang korban luka kepada publik, karena khawatir hal itu akan menurunkan moral masyarakat.
“Saat ini, sekitar 4.000 tentara (penyandang Distabilitas) telah diakui menurut klasifikasi 3, yang berarti mereka berhak atas semua perlakuan dan haknya (dibebas tugaskan),” jelas Walla. []
Penulis : Merinda Febrianti | Penyunting : Agus P Sarjono