TANGERANG – SEBIJI gol sundulan Felipe Cadenazzi memanfaatkan crossing manis Kei Hirose pada menit ke 51, cukup untuk memastikan raihan tiga poin Borneo FC di kandang Persita Tanggerang.
Laga pekan ke-27 BRI Liga 1 2023/2024 di Indomilk Arena Stadion, Tangerang, Sabtu (2/3/2024) sore sebenarnya berjalan dalam tempo lamban. Namun pada menit kelima, Pendekar Cisadane -julukan Persita Tanggerang, memberikan ucapan selamat datang lewat tendangan keras Ezequiel Vidal ke arah gawang Borneo. Untung saja, penjaga gawang Borneo Nadeo Argawinata sigap meninju bola.
Perlahan Pesut Etam -julukan Borneo FC, mulai menemukan ritme permainan. Meski berstatus tim tamu, mereka tampil penuh percaya diri. Diego Michiels dan kawan-kawan pun rajin menekan pertahanan Persita dan beberapa kali mengancam gawang Persita, termasuk dari percobaan Adam Alis. Namun sayang, mereka kesulitan untuk memasukkan bola ke gawang.
Pada akhirnya tak ada gol yang tercipta. Skor 0-0 menutup jalannya pertandingan di babak pertama.
Di babak kedua, Borneo tampil lebih baik. Anak asuh Pieter Huistra itu mampu memecah kebuntuan saat pertandingan memasuki menit ke-51. Sundulan striker asal Argentina Felipe Cadenazzi mengunci kemenangan Tim Pesut Etam atas Pendekar Cisadane.
Usai pertandingan, pelatih Borneo FC Peter Huistra mengaku dirinya kurang puas dengan kemenangan 1-0 tersebut. Sebab, semangat juang para pemainnya terlihat masih kurang.
“Kami seharusnya dapat bermain lebih baik. Setelah kami mencetak gol, Persita mulai lebih menyerang dan saya tidak suka itu,” kata Huistra pada konferensi pers setelah pertandingan.
Namun demikian, hasil itu menjadi kemenangan keenam beruntun Borneo FC yang membuatnya kian nyaman bertengger di puncak klasemen BRI Liga I musim 2023/2024. Setelah memainkan 27 pertandingan, Borneo mengumpulkan 63 poin dari 19 kemenangan, enam kali draw dan dua kali kalah. Sementara pesaing terdekatnya, Persib Bandung berjarak 15 poin dengan raihan 48 poin dari 12 kemenangan, 12 hasil imbang dan tiga kali kalah.
TANGAN DINGIN PIETER HUISTRA
Melihat performa tim yang terus konsisten, pelatih Borneo FC Pieter Huistra enggan jemawa. Dia mengatakan keberhasilan Adam Alis dan kawan-kawan menjaga performa tak lepas dari keinginan seluruh elemen tim untuk terus berkembang dan berproses.
“Kami mempunyai pikiran jernih, baik pemain maupun pelatih. Kami melihat, apakah kami bisa berkembang dalam berproses, bagaimana kami bisa mengembangkan tim, bagaimana kami bisa mengembangkan pemain secara individu,” tutur pelatih asal Belanda itu.
Semakin nyaman di puncak klasemen tak membuatnya berpuas diri. Pieter Huistra justru menilai tantangan Borneo FC untuk mempertahankan performa mereka saat ini akan semakin sulit. Karena kompetisi musim ini tinggal menyisakan enam pertandingan, dia memperkirakan masing-masing tim akan menunjukkan performa terbaiknya.
Selain itu, dia mewanti-wanti pemain agar tidak terlena dengan posisi tim saat ini karena jalan menuju gelar juara bagi Borneo FC masih cukup panjang. “Kami tidak berpikir dulu posisi kami di klasemen juga untuk championship series. Kami melihat bagaimana pertandingan selanjutnya. Kami akan fokus untuk latihan dan menganalisis pertandingan berikutnya,” tutur Pieter Huistra.
Laga terakhir pekan ke-27 melawan Persita Tengerang menjadi bahan evaluasinya. Berkaca dari laga tersebut meski menang 0-1, namun dia menilai performa Borneo tak cukup prima di pertandingan itu.
“Kami akan bertanya ke diri kami sendiri, bagaimana kami bisa berkembang. Ini proses yang sederhana, melakukan analisis, mempelajari, dan melakukannya. Analisis, pelajari, lakukan itu lingkaran yang tak usai dan selalu berputar,” kata mantan pelatih Ajax U-21 ini.
Terpisah, pelatih sekaligus pengamat sepak bola nasional Erwan Hendarwanto mengakui bahwa tangan dingin Pieter Huistra mampu membawa Borneo FC sebagai satu-satunya tim di Liga Indonesia yang tampil konsisten musim ini.
Menurut dia, untuk bisa menjadi jawara kompetisi sepak bola memang dibutuhkan konsistensi plus kerja ekstrakeras di setiap pertandingan yang dijalani. Hal itu yang dimiliki Pesut Etam musim ini di bawah asuhan Pieter Huistra.
“Dengan sistem final four memang membutuhkan konsistensi dalam setiap laga, karena puncak klasemen saat ini belum menjadi jaminan menjadi juara,” ujar Erwan.
“Kalau melihat konsistensi dari ketiga tim, baru Borneo FC yang paling konsisten, namun faktor sejarah dan pengalaman menjadi juara Persib Bandung dan Bali United lebih baik dibanding Borneo FC,” tambah dia.
Meski begitu, Erwan Hendarwanto berpendapat bahwa Borneo FC merupakan tim yang sangat layak menjadi kampiun BRI Liga 1 musim ini. Performa impresif yang ditunjukkan Pesut Etam di sepanjang musim ini jadi alasannya.
“Melihat konsistensi Borneo FC dalam mengarungi kompetisi tahun ini, dan juga semakin profesionalnya manajemen dalam mengelola klub serta materi pemain yang cukup berpengalaman serta kedalaman skuad yang cukup bagus, saya kira Borneo FC layak menjadi calon kuat juara tahun ini,” katanya.
BARU KALAH DUA KALI
Harus diakui, performa anak asuh Pieter Huistra musim ini sungguh luar biasa. Dengan lesakan 46 gol dan hanya kebobolan 19 gol, Borneo baru merasakan dua kekalahan. Sejauh ini baru Persis Solo dan Persebaya Surabaya yang mampu mengandaskan perlawanan Borneo di kandang mereka. Masing-masing dengan skor identik 2-1.
Di pertandingan berikutnya tanggal 7 Maret mendatang, Borneo punya kesempatan untuk membalas kekalahannya atas Persebaya, sekaligus menorehkan rekor meraih tujuh kali kemenangan beruntun. Apalagi Borneo akan bertindak sebagai tuan rumah, meski harus bermain di Stadion Betakan Balikpapan, namun dipastikan Pusamania, sebutan untuk suporter Borneo tetap akan berduyun-duyung datang mendukung kesebelasan kebanggaannya.
Tangan dingin pelatih asal Belanda itu berhasil mengasah kemampuan anak asuhnya, sehingga mampu menerjamahkan setiap taktik dan strategi yang diberikan sang pelatih. Demikian pula dengan pola permainan, baik menyerang maupun transisi dalam bertahan. Diego Michiels dan kawan-kawan mampu menerapkan ritme permainan serta mengatur jalannya pertandingan.
Baik bermain kandang maupun tandang, tim yang berbasis di Stadion Segiri Kota Samarinda ini sama tangguhnya. Bermain dengan pola 4-2-3-1, Borneo menjelma sebagai sebuah tim yang sulit ditaklukan.
Dua pilar pertahanan yang diisi menara kembar Léo Lelis asal Brazil dan Silvério Junio asal Portugal menjadi benteng tangguh yang melindungi gawang Nadeo Argawinata. Sementara dua sisi pertahanan kiri dan kanan yang biasanya dikawal Fajar Fathur Rahman dan Leo Guntara, tak hanya mampu bertahan. Tapi juga piawai dalam membangun serangan.
Pieter Huistra memang memakai pendekatan permainan kolektif. Alias semua pemain punya kewajiban bertahan dan menyerang. Tengok saja bagaimana eks pelatih Ajax U-21 itu mengubah lini tengah dengan menduetkan gelandang pengangkut air Kei Heiroshi asal Jepang dan Adam Alis sebagai poros pengatur ritme permainan tim.
Sementara di depan, trio Stefano Lilipali, Wildjan Pluim dan M Sihran masing-masing memiliki karakter sendiri yang saling melengkapi. Fano, sapaan akrab Stefano Lilipali memiliki kemampuan membuat gol dan asis yang sama baiknya. Salah satu kelebihan pemain berdarah Belanda-Indonesia adalah tendangan bebasnya yang ngeri-ngeri sedap.
Musim ini, pemain berusia 34 tahun itu sudah mencetak 11 gol dan 26 asis. Kontribusi Fano yang sudah menghasilkan 27 gol bagi Borneo FC jelas menjadi statistik yang mentereng. Borneo FC sendiri diketahui sudah mencetak 46 gol musim ini sampai pekan 27 Liga 1.
Artinya, Fano hampir berkontribusi lebih dari separuh gol yang dicetak Borneo FC lewat magisnya di atas lapangan. Statistik gila itu seakan menjadi bukti dari performa impresif yang diperlihatkan Fano musim ini.
Di sisi lain, Wildjan Pluim yang di musim lalu mengantarkan PSM Makassar menjadi kampiun Liga I, mempunyai kemampuan sebagai dirijen lapangan tengah. Visi bermainnya tak diperlukan lagi, ditambah pembacaan permainan hingga keputusannya dalam melepaskan umpan kunci. Tak heran di Liga Indonesia, pemain asal Belanda ini digelari sebagai Raja Asis.
Sedangkan M Sihran menjelma sebagai winger magis Borneo FC. Pergerakannya yang lincah dan kemampuan sprintnya yang luar biasa membuat pemain kelahiran Ternate bernama lengkap Muhammad Sihran Amarullah ini kerap dijuluki sebagai Messi-nya Borneo FC.
Meski tak memiliki postur tubuh yang tinggi, M Sihran mampu membuat tim lawan kocar-kacir lewat permainan kakinya. Dia pun kini menjadi pilihan utama pelatih Pieter Huistra menggeser posisi Terrens Puhiri di sayap kiri Borneo FC.
Untuk urusan mencetak gol, Borneo FC nampaknya belum menemukan striker sepadan selepas kepergian Matheus Pato. Bisa dibilang, pemain asal Brasil itu aktor penting dibalik kesuksesan Pesut Etam finis di posisi empat klasemen akhir musim lalu. Matheus Pato merupakan pencetak gol terbanyak BRI Liga 1 musim lalu dengan 25 gol dari 32 laga yang dilakoni.
Felipe Cadenazzi kemudian direkrut manajemen Borneo FC sebagai ujung tombak yang diharapkan tak kalah mumpuni dengan Pato. Sayangnya, sebelum laga kontra Persikabo Kabupaten Bogor di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, 22 Februari lalu, kran gol Felipe cukup serat. Dia baru mengemas tujuh gol untuk Pesut Etam
Namun puasa gol striker asal Argentina itu berakhir saat ia menjebol gawang Persikabo di menit ke-54, sekaligus membantu Borneo meraih kemenangan 2-3 pada pekan 25 Liga Indonesia. Seturut kemudian, kran golnya kembali mengalir dengan masing-masing mencetak satu gol ke gawang Bhayangkara Presisi Indonesia FC dan di pertandingan terakhir menghadapi tuan rumah Persita Tangerang.
Selain 11 utama pemain Borneo yang kerap menjadi starter, pemain yang duduk di bangku cadangan pun tak kalah mewahnya. Di posisi penjaga gawang masih ada nama Angga Saputro dan Daffa Fasya Sumawija sebagai pelapis Nadeo Argawinata.
Kemudian di pertahanan masih ada nama sang kapten Diego Michiels, Komang Teguh, Agung Prasetyo, Rizky Dwi, Muhamad Alfharezi Buffon dan Rizdjar Subagja. Lalu di tengah bercokol nama-nama seperti Terrens Puhiri, Hendro Siswanto, Taufany Muslihuddin dan Rivaldo Enero Pakpahan. Serta pemain asal Myanmar Win Naing Tun.
Sebagai pelapis Felipe Cadenazzi, Borneo punya dua nama lokal yakni Ahmad Nur Hardianto dan rekrutan anyar asal Sriwijaya FC Palembang Habibi Jusuf.
Dengan komposisi pemain yang nyaris mempunyai kemampuan merata di semua lini, langkah Borneo begitu ringan menapaki perjalanan Liga I musim ini. Pemain utama maupun cadangan sama bagusnya, dan jika tampil tak banyak merubah permainan Borneo FC. Bahkan beberapa kali terjadi, pemain cadangan Borneo mampu menggusur pemain utama. Seperti M Sihran.
KANS JUARA BORNEO FC
Sayangnya, meski kini Borneo FC “kedinginan” sendirian di puncak klasemen, bukan berarti Borneo bakal merengkuh gelar Juara Liga 1 Musim 2023/2024 dengan mudah. Perubahan format kompetisi oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi membuat tidak ada jaminan bagi pemuncak klasemen menjadi juara liga.
Musim ini, PT LIB membuat format kompetisi Liga I yang dimulai pada 1 Juli 2023 dan berakhir pada 26 Mei 2024, dibagi dua. Terdiri dari Reguler Series dan Championship Series.
Reguler Series digelar pada 1 Juli 2023-28 April 2024 yang mempertemukan 18 tim dalam 34 pekan. Empat tim teratas bakal lolos ke Championship Series pada 4-26 Mei 2024 untuk memperebutkan trofi juara.
Dalam beberapa aspek, format baru Liga 1 ini cukup mirip dengan Major League Soccer (MLS). Liga sepak bola Amerika Serikat itu juga memiliki dua fase dalam sistem kompetisi mereka. MLS punya dua fase kompetisi, yakni fase reguler dan fase play-off. Delapan klub terbaik yang bermain di fase reguler berhak melaju ke fase play-off dan memperebutkan gelar juara.
Jika melihat laga-laga yang masih akan dihadapi, tim asuhan Pieter Huistra itu berpotensi besar menjuarai Regular Series BRI Liga 1 musim ini. Namun, dengan adanya fase Championship Series, belum tentu Borneo FC bisa menjadi juara pada musim ini.
Karena itu, Huistra mengingatkan anak asuhnya agar bisa tampil lebih baik, bermain konsisten dan penuh daya juang. “Kami harus fokus finis di empat besar untuk bisa ke Championship Series. Tapi di empat besar, kami harus bermain lebih baik lagi,” ujarnya.
Andai tetap berada di puncak klasemen hingga regular series berakhir, Borneo FC akan bertemu tim peringkat keempat pada fase Championship Series dengan sistem home and away.
Ada Persib Bandung di posisi kedua klasemen, dibayangi PSIS Semarang, dan Bali United yang berpotensi jadi lawan Borneo FC di Championship Series. Sementara di posisi kelima ada Madura United, Persik Kediri, Barito Putra dan Persija Jakarta yang jarak poinnya cukup tipis. Dewa United, Persebaya Surabaya dan Persis Solo pun masih berpeluang menerobos ke posisi empat besar.
Menanggapi peluang timnya pada Championship Series, Pieter Huistra mengaku sudah mempersiapkan timnya sedari sekarang. Namun sementara ini dia menekankan anak asuhnya hanya perlu fokus menyelesaikan sisa laga dengan meraih kemenangan.
“Kami mempersiapkan championship series. Tak ada yang tahu tentang hal itu tentang sesuatu yang baru. Semuanya masih berjalan di musim ini. Jadi kami harus mempersiapkan itu jika nanti bisa bermain di championship series,” papar Pieter.
Apalagi sebagai pemuncak klasemen, pelatih asal Belanda itu optimis bisa mempertahankan konsistensi ritme permainan anak asuhnya. “Saat ini kami memimpin klasemen, tapi saya yakin bahwa kami harus bisa bermain lebih baik jika kami ingin sukses,” katanya.
Sementara itu salah satu penggawa andalan Borneo yakni Stefano Lilipaly menilai, performa timnya dalam keadaan yang sangat top atau bagus musim ini, sehingga Fano sangat menikmati bersama tim dan fokus untuk juara.
“Tahun ini saya main bagus karena tim kami juga bagus. Ada pemain bagus, staf, pelatih semua bagus di sini dan saya enjoy. Kamu juga bisa lihat dari pertandingan ke pertandingan, kami berusaha main bagus. Bukan cuma saya tapi tim Borneo juga. Tapi saya senang sekali bisa berkontribusi untuk tim,” ujarnya.
Dengan sisa enam pertandingan, Borneo sudah dipastikan mengamankan tiket championship series. Namun untuk menjuarai Regular Series BRI Liga 1 musim ini, Borneo masih perlu mengamankan dua kemenangan lagi atau mengunci raihan 69 poin.
Adapun enam pertandingan yang akan dilakoni Borneo yakni menjamu Persebaya Surabaya pada 7 Maret 2024. Tandang ke PSS Sleman 14 Maret, dan ke PSM Makassar pada 29 Maret. Di bulan April, Borneo dua kali menjadi tuan rumah masing-masing melawan Madura United pada 3 April dan Arema Malang 15 April 2024.
Perjalanan Reguler Series Borneo FC akan berakhir di Bandung saat menghadapi tuan rumah sekaligus pesaing terdekatnya, Persib Bandung pada 20 April. Dari enam laga, itu Borneo membidik kemenangan kala menghadapi Persebaya dan Arema serta Madura United. Dan berupaya menahan imbang tuan rumah PSS Sleman dan PSM Makassar. []
Penulis | Penyunting: Agus P Sarjono