TENGGARONG – SEBELUM masuk bulan Ramadhan, setiap tahunnya selalu ada ragam tradisi masyarakat. Salah satunya adalah melakukan ziarah kubur. Mereka sengaja datang untuk mendoakan orang tua maupun sanak saudaranya yang sudah meninggal dunia.
Tradisi ini juga berlaku di masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Tiga hingga satu hari sebelum masuk Ramadhan, hampir seluruh lokasi pemakaman di Kabupaten Kukar dipadati peziarah.
Salah satu pemakaman yang tak henti-hentinya menerima pengunjung dari pagi hingga sore menjelang waktu maghrib adalah Makam Kelambu Kuning Tenggarong yang terletak di Jalan Aji Mohammad Alimuddin, Kelurahan Melayu, Tenggarong.
Makam ini merupakan bagian dalam sejarah Kesultanan di Indonesia. Khususnya pada masa Kesultanan Kutai Kartanegara pemerintahan Aji Sultan Alimuddin tahun 1899-1910. Dalam kurun waktu itu ada seorang ulama yang menjadi kepercayaan Kesultanan Kutai Kartanegara. Ulama tersebut ialah Muhammad bin Yahya yang diberi gelar oleh Sultan kepadanya yaitu Pangeran Noto Igomo.
Tepatnya pada tanggal 26 Rabiul Awwal 1366 H atau 17 Februari 1947 M, Pangeran Noto Igomo meninggal dengan usia 103 tahun. Jasadnya dimakamkan di Pekuburan Jalan Gunung Gandek Tenggarong atau Makam Kelambu Kuning. Makamnya disandingkan dengan makam istrinya dan Sultan Alimuddin selaku mertuanya.
Selain terdapat makam para tokoh sejarah itu, banyak pula masyarakat umum yang disemayamkan di pemakaman itu. Tak heran, komplek pemakaman tersebut selalu dipadati peziarah, terlebih memasuki bulan Ramadhan.
Hal itu tampak dari lokasi parkir yang terletak di pinggir jalan, tepat di depan pintu masuk makam. Ratusan kendaraan roda dua dan empat, berjejer mengisi sepanjang jalur batas lokasi kuburan. Para peziarah, tak hanya datang dari Tenggarong dan Kukar saja, tapi juga dari luar daerah, seperti Samarinda, Bontang dan Balikpapan.
“Kami kesini untuk mendoakan keluarga kami yang sudah berpulang. Biasanya kesini sebelum ramadhan, kemudian sebelum Idul Fitri, dan sebelum Idul Adha,” ujar Dina, seorang peziarah yang datang bersama keluarganya, Senin (11/03/2024).
Para peziarah yang datang pun juga seringkali membeli bunga dan air mawar untuk diletakkan di makam yang mereka kunjungi dari para penjual bunga yang memang selalu berjualan di depan makam.
“Kami juga selalu membeli bunga, kami yakin hikmah berziarah ini tidak hanya dirasakan oleh keluarga yang kami doakan saja, namun juga untuk para penjual bunga,” tutur Dina kembali menjelaskan.
Untuk diketahui, Makam Kelambu Kuning Tenggarong merupakan salah satu makam yang cukup besar di Tenggarong. Pada tahun 2019 lalu, Bupati Kukar telah melakukan pelebaran lokasi makam, hingga saat ini bisa menampung lebih banyak lagi. Selain menjadi tempat pemakaman umum, makam ini juga menjadi salah satu tujuan destinasi wisata religi di Tenggarong. []
Penulis: Nistia Endah Juniar Prawita | Penyunting: Agus P Sarjono