BALIKPAPAN – PENGURUS Daerah (Pengda) Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) targetkan lolos Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2026 mendatang. Hal ini setelah atlet Petanque Kaltim gagal di babak kualifikasi di Bali beberapa waktu lalu untuk mengikuti PON 2024 Aceh-Medan.
Petanque sendiri telah menjadi cabang pertandingan olahraga di beberapa pertandingan bergengsi dunia, salah satunya ajang Sea Games. Tak heran, FOPI Kaltim terus mengirimkan atlet terbaiknya untuk mengikuti berbagai turnamen.
Ketua Pelaksana Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Petanque Kaltim, Unilah mengatakan, FOPI Kaltim kini semakin aktif melatih dan mengasah kemampuan para atletnya agar bisa lolos seleksi nasional untuk mengikuti PON 2026. Termasuk salah satunya melalui Kejurprov yang digelar FOPI Kaltim di Kota Balikpapan, pada 24 hingga 27 Mei 2024 lalu.
“Persaingannya sangat ketat dari setiap kabupaten/kota. Kemarin saat babak kualifikasi, ternyata atlet Kaltim kalah, sehingga tidak bisa ikut PON 2024 di Aceh Medan. Seleksi di Bali itu tidak ada atlet kita yang lolos satupun, jadi terpaksa kita tidak ikut untuk PON tahun ini,” jelas Unilah menyampaikan.
Untuk diketahui, sebelum para atlet dikirimkan ke Bali untuk mengikuti babak kualifikasi, mereka telah terlebih dahulu diseleksi di tingkat kabupaten/kota di Kaltim.
Berkaca dari kekalahan tersebut, kini FOPI terus mengembangkan cara untuk meningkatkan kualitas atlet petanque agar bisa tembus di berbagai event nasional, terutama yang terdekat adalah ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas).
Unilah juga mengungkapkan perjuangan Ketua Pengda FOPI Kaltim Faridah Abdul Hadi yang telah bekerja keras memperjuangkan agar Pentaque masuk agenda Kejuaraan Provinsi (Kejurprov). Hingga akhirnya diakui dan bisa ikut berlaga di Kejurprov.
“Mewakili Ibu Ketua FOPI Kaltim Faridah, serta semua pengurus tingkat kabupaten dan kota untuk bisa terus aktif dalam mengangkat dan mensosialisasikan olahraga ini ke seluruh daerah, terutama anak-anak sekolah, sehingga olahraga ini bisa lebih dikenal,” pungkas Unilah. []
Penulis: Nistia Endah | Penyunting: Agus P Sarjono