SAMARINDA – BADAN Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Rapat Finalisasi Outline Dokumen dan Brainstorming Kajian Parameter Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Tahun 2019 – 2023. Agenda itu dilaksanakan di Ruang Rapat Kantor Bappeda Kaltim, Jalan Kusuma Bangsa, Samarinda, Selasa (11/6/2024).
“Penyusunan parameter ICOR dimaksudkan untuk mengevaluasi dampak ekonomi dari investasi yang dilakukan di Kalimantan Timur,” kata Kepala Bappeda Kaltim Yusliando saat menjawab wawancara media.
Yusliando menjelaskan, ICOR adalah perbandingan antara pertumbuhan ekonomi dengan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan tersebut.
Kemudian bebernya lagi, kaitan antara investasi dengan dampak ekonomi yang ditimbulkannya tidak bersifat seketika, maka untuk mendapatkan nilai ICOR yang realistis harus dilakukan penghitungan data ICOR untuk jangka waktu beberapa tahun yang telah lalu. Untuk hal itu Tim Bappeda Kaltim mengambil rentang waktu perhitungan dari periode 2019 – 2023.
“Idealnya, dengan nilai investasi yang relatif efisien diharapkan dapat memacu pertumbunan ekonomi yang tinggi dengan nilai ICOR yang rendah (kisaran ICOR ideal adalah 3 sampai maksimal 4),” jelas Ian, panggilan akrab Yusliando.
Untuk mencapai nilai ICOR ideal diperlukan investasi yang padat karya, seperti sektor jasa, pariwisata atau sektor pertanian dalam arti luas, dibandingkan investasi yang padat modal seperti industri berat. Karena sektor padat karya dapat menghasilkan peningkatan pendapatan perkapita secara lebih nyata.
Dia menjelaskan juga, faktor yang dapat mempengaruhi nilai ICOR antara lain, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kemajuan teknologi, kondisi infrastruktur dan stabilitas politik, keamanan serta ekonomi daerah.
“Kami juga ingin mengkaji kebutuhan investasi, menurut wilayah maupun sektor. Sehingga bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunan di Kalimantan Timur,” pungkasnya. []
Penulis: Himawan Yokominarno | Penyunting: Agus P Sarjono