SAMARINDA – MOMEN tak terlupakan menghampiri Pisa Marsya, ketika gadis asal Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) ini terpilih menjadi talent penari di acara pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-XXX di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Menariknya, pengalaman itu bermula dari ajakan temannya.
Pisa mengungkapkan, awalnya dia ragu untuk bergabung, sebab ia menilai dirinya kurang lihai dalam membawakan tarian dengan dasar Tari Dayak.
Namun, setelah mempertimbangkan kesempatan untuk menunjukkan bakatnya di panggung yang lebih besar, ia memutuskan untuk ikut serta sebab kemampuan dirinya dalam menari tradisional.
“Saya pikir basicnya Dayak, dan saya kurang bisa. Ternyata ini gerakan tari Jepen, jadi saya beranikan coba. Hari itu juga pulang sekolah sore saya ikut seleksi dan terpilih,” jelasnya saat diwawancara melalui panggilan telefon oleh beritaborneo.com, Kamis (19/09/2024).
Latihan intensif pun dimulai selama kurang lebih satu bulan penuh, di mana Pisa dan para penari lainnya berlatih untuk mempersiapkan penampilan mereka.
Latihan itu kata Pisa, dilakukan di halaman parkir Gedung Putri Karang Melenu (PKM) Tenggarong Seberang setiap pukul 16.00 Wita. Sedangkan Sabtu dan Minggu, bisa pagi, siang, maupun sore hari sesuai kesepakatan para pelatih.
“Kami ditargetkan 500 penari yang kemudian dibagi ke tiga kelompok. Kebetulan saya masuk di kelompok 3 yang anggotanya paling banyak,” ujar Pisa.
Meskipun target penari yang ditetapkan adalah 500 orang, namun ternyata penari yang berhasil bertahan sampai dengan penampilan di Pembukaan MTQ Nasional itu kurang dari 500 talent. Tapi, koreografi yang ditampilkan tetap tampak meriah dan menyegarkan.
Latihan demi latihan terus dilakukan oleh para pelatih dan penari. Pelatih yang didatangkan dari Yayasan Gubang Tenggarong dan Yayasan Wajiwa dari Bandung itu sukses memberikan konsep tarian yang apik dan menarik. Disitulah Tari Kesah Cahaya dimulai.
Kerja keras dan dedikasi akhirnya terbayar ketika mereka tampil di hadapan ribuan penonton dan pejabat penting, termasuk Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Penjabat Gubernur Kaltim Akmal Malik, Menteri Agama Republik Indonesia
Acara pembukaan berlangsung megah, menampilkan budaya dan tradisi Kalimantan Timur dalam menyambut agama Islam melalui tarian dan musik.
Pisa mengungkapkan, “Saat berada di atas panggung, saya merasakan kebanggaan luar biasa mewakili daerah saya. Suara tepuk tangan penonton membuat semua usaha kami terasa sangat berharga.”
Bagi Pisa, pengalaman ini bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang persahabatan dan kerja sama yang terjalin selama proses. “Saya belajar banyak dari teman-teman dan pelatih. Saya sangat bangga bisa meramaikan dan berpartisipasi dalam acara MTQ Nasional yang terhitung 38 tahun ini baru bisa terlaksana Kaltim,” tambahnya.
Setelah acara, para talent penari ini menerima banyak pujian dan dukungan dari keluarga, teman, dan penonton. Mereka bertekad untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam dunia seni tari.
Meskipun begitu banyak perubahan dalam gerakan tarian hingga hari-H, Pisa menganggap itu sebagai pelajaran. Begitu banyak hal yang didapat selama menjadi peran penting terselenggaranya sebuah aktivitas event nasional seperti ini.
“Meskipun koreografi dirubah terus, kami juga tidak diinapkan karena jumlah kami terlalu banyak, jadi kami PP dari Tenggarong ke Samarinda, kami tetap bangga bisa berkontribusi,” jelas Pisa.
Pengalaman Pisa menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda di Kaltim untuk mengejar passion dan berani mengambil peluang, sekaligus menunjukkan bahwa kebudayaan lokal dapat bersinar di pentas nasional. []
Penulis: Nistia Endah | Penyunting: Agus P Sarjono