Targetnya Lima Besar Dapatnya Delapan Besar, Padahal Habis Rp175 Miliar

Rp175 miliar dihabiskan Pemprov Kaltim untuk berpartisipasi dalam PON XXI. 659 atlet diterjunkan untuk rebut banyak medali. Hasilnya lepas target, maunya posisi lima besar tapi harus puas di delapan besar. Sepadankah?

PEKAN Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 telah usai. Pentas olahraga multi event nasional yang penyelenggaraannya dilaksanakan secara bersamaan di dua provinsi, yaitu Aceh dan Sumatera Utara (Sumut), ditutup secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Muhadjir Effendy, dengan menampilkan acara yang meriah digelar di Stadion Utama Sumatera Utara Sport Centre, Jum’at (20/9/2024).

Dengan mengusung tema Ayo Olahraga, Bersatu Kita Juara, diharapkan masyarakat semakin gemar olahraga dalam rangka meningkatkan kebugaran serta bisa menjadi alat pemersatu bangsa guna mencapai prestasi nasional hingga dunia. Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang memberangkatkan kontingen dengan jumlah kekuatan 659 orang patriot olahraga dan telah berhasil memperoleh total 152 medali, dengan detail 29 medali emas, 55 medali perak dan 69 medali perunggu.

Perolehan medali emas di antaranya dari cabang olahraga (cabor) Angkat Besi Putri kelas 87 kg atas nama Firda Khairunnisa, kemudian dari tim Futsal Putra, juga tim Cricet Putri. Selanjutnya cabor Binaraga berhasil menyumbangkan 2 medali emas, serta cabor Dance Sport menyumbang 1 medali emas. Mendali perak diperoleh dari cabor Angkat Besi, Binaraga, Kabaddi serta Paramotor, dan medali perunggu dari cabor Judo, Catur, Cricet Putra, lalu Angkat Besi Putri.

Dengan perolehan mendali tersebut, maka Kaltim menduduki peringkat kedelapan di bawah Provinsi Bali yang menduduki peringkat ketujuh dengan 134 medali. Sementara Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat pertama dengan memperoleh 540 medali, selanjutnya Jakarta diperingkat kedua dengan perolehan medali 479, Jawa Timur peringkat ketiga mengumpulkan 425, Sumatera Utara peringkat keempat dengan 254 medali, Jawa Tengah peringkat kelima mendapat 260 medali  dan Aceh peringkat ketujuh berhasil meraih 192 medali.

Rasman Rading

Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim Rasman Rading mengatakan, Pemerintah Provinsi Kaltim telah memberikan dukungan penuh untuk Kontingen PON Kaltim ini dengan menggelontorkan anggaran daerah sebesar Rp175 miliar. Anggaran sebesar itu diperuntukkan bagi pelaksanaan Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda), konsumsi, biaya perjalanan dan akomodasi selama pelaksanaan PON XXI, termasuk juga uang saku untuk atlet dan pelatih. Harapannya adalah dengan anggaran yang besar dapat dihasilkan prestasi olahraga yang maksimal sesuai target yang telah ditetapkan.

Pada PON XVII tahun 2012 dan PON XIX tahun 2016, Kaltim termasuk provinsi terbaik di luar Jakarta dan Jawa yang dapat berada pada 5 besar perolehan medali. Selanjutnya pada PON XX tahun 2021 di Papua, Kontingen Kaltim hanya dapat meraih posisi 7 besar. Dengan berada pada peringkat kedelapan dalam perolehan medali ini berarti meleset dari target yang ditetapkan sejak pelaksanaan Pemusatan Pelatihan Daerah (Pelatda) atlet Kaltim pada PON XXI 2024, yaitu mendapat posisi lima besar.

Namun demikian, capaian ini hendaknya dapat menjadi pemicu semangat dan motivasi pengembangan bidang keolahragaan di Bumi Etam. Catatan-catatan terkait prestasi yang berhasil ditorehkan dan kekurangan mulai dari tahap perencanaan, penganggaran, persiapan dan pelaksanaan, baik terhadap atlet di setiap cabang olahraga (cabor), pelatih, sarana dan prasarana serta elemen lain yang terkait dapat menjadi bahan evaluasi penyusunan program pembinaan keolahragaan dengan format serta indikator yang terinci juga mudah terukur.

Sebagaimana kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa dalam bidang keolahragaan, diperlukan kebijakan pembinaan keolahragaan secara terintegrasi dan kolaboratif. Kemudian dalam Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional, menimbang bahwa pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional secara terintegrasi dan kolaboratif perlu didukung dengan kebijakan yang bersinergi dalam desain besar olahraga nasional (DBON). DBON sendiri adalah merupakan dokumen rencana induk yang berisikan arah kebijakan pembinaan dan pengembangan keolahragaan yang dilakukan secara efektif, efisien, unggul, terukur, sistematis, akuntabel dan berkelanjutan. Bertujuan antara lain untuk meningkatkan kapasitas, sinergi dan produktivitas olahraga prestasi.

EVALUASI

Ketua Umum Komite Olahraga Nasional (KONI) Kaltim Rusdiansyah Aras, dalam konferensi pers di Banda Aceh, Jumat (20/9/2024) lalu, yang dirilis melalui Bidang Hubungan Masyarakat (Humas), mengajak semua pemangku kepentingan terkait untuk bersama-sama berbenah dan melakukan evaluasi dalam rangka mempersiapkan program pembinaan keolahragaan prestasi menghadapi PON ke XXII tahun 2028 yang akan datang. Rusdi, sapaannya, juga mengajak untuk bersama-sama melakukan evaluasi dan merumuskan langkah apa yang harus dilakukan, apakah model Pelatda yang telah diaplikasikan dalam persiapan PON XXI masih cocok untuk menghadapi persiapan PON XXII yang direncanakan dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2028.

Rusdiansyah Aras

Fokus perhatian dan rencana evaluasi yang disuarakan oleh Rusdiansyah Aras adalah pada mekanisme pelaksanaan Pelatda yang diaplikasikan bagi persiapan atlet PON XXI selama enam bulan sejak Maret 2024, apakah masih relevan atau tidak. Dia juga akan menjadwalkan pertemuan dengan tim Bina Prestasi (Binpres) KONI Kaltim untuk membahas pola persiapan terbaik yang bisa dibangun untuk meraih prestasi yang lebih baik pada PON edisi berikutnya. Selanjutnya hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Ketua Umum KONI dan Bidang Bina Prestasi serta segenap elemen terkait termasuk organisasi cabor yang ikut serta memperkuat Kontingen Kaltim memberikan kesimpulan ada empat faktor umum yang menjadi kendala para atlet saat berlaga, yang paling utama adalah faktor kesiapan mental yang masih perlu mendapatkan penanganan yang lebih serius. “Masih banyak atlet kita baru saja beralih dari junior ke senior dan ini sangat mempengaruhi kematangan mentalnya saat bertanding apalagi jika mereka menghadapi atlet nasional atau tuan rumah,” kata Wakil Ketua I KONI Kaltim Ego Arifin yang juga Komandan Pelatda.

Berikutnya adalah faktor waktu yang terbatas untuk beradaptasi dengan venue pertandingan, terutama yang berada di luar ruangan. Lalu belum terbiasanya atlet dengan regulasi atau aturan main yang baru serta faktor nonteknis selama berjalannya pertandingan. Terkait simpulan hasil evaluasi yang  dilaksanakan oleh Ketua Umum KONI Kaltim tersebut, dalam rangka mencetak atlet-atlet berprestasi dengan mewujudkan tata kelola pembinaan dan pengembangan keolahragaan, diperlukan program pembinaan jangka panjang yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan sebagai faktor pendukung utama yang modern, sistematis, sinergis, akuntabel, berjenjang dan berkelanjutan, juga didukung oleh tenaga keolahragaan yang berkualitas serta sarana dan prasarana yang mendukung pencapaian target meraih prestasi terbaik pada event nasional maupun dunia.

Hal ini sejalan dengan strategi dalam DBON yaitu peningkatan prestasi keolahragaan dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan, dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga keolahragaan berstandar internasional, penyelenggaraan kompetisi olahraga secara konsisten dan terstruktur, berpartisipasi pada kompetisi olahraga baik nasional maupun internasional, penerapan revitalisasi pelaku organisasi dan sumber daya manusia keolahragaan dan penataan kelembagaan keolahragaan. Dinas Pemuda dan Olahraga dapat membuat kebijakan penganggaran bagi pembinaan dan pengembangan keolahragaan secara proporsional dengan bahasa program yang mudah terukur untuk melengkapi sarana dan prasarana olahraga berstandar dunia, melaksanakan kompetisi dengan agenda memadai dan secara konsisten serta pembentukan pusat pelatihan keolahragaan dalam rangka peningkatan prestasi nasional dan internasional.

Penulis: Himawan Yokominarno | Penyunting: Hadi Purnomo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com