PALANGKA RAYA – Suasana seminar dipenuhi dengan antusiasme tinggi. Para peserta, yang tak hanya berasal dari mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Palangka Raya (UPR), tampak aktif terlibat dalam interaksi. Mereka tak sekadar mendengarkan materi, tetapi turut berdiskusi dengan penuh semangat mengenai bagaimana jurnalisme olahraga beradaptasi di tengah derasnya arus teknologi informasi.
AULA Pengelola Pusat Pengembangan IPTEK dan Inovasi Gambut (PPIIG) UPR menjadi saksi betapa besar minat peserta terhadap tema seminar bertajuk “Jurnalistik dan Bedah Buku.” Acara ini diadakan dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-19 Program Studi PJKR FKIP UPR. Seminar tersebut menghadirkan Wakil Pimpinan Redaksi (Wapemred) Kalteng Pos, Vinsensius GL, yang menyampaikan materi dengan penuh semangat. Dalam paparannya, Vinsensius menyoroti pentingnya perkembangan jurnalisme olahraga di era digital. Ia menegaskan, jurnalisme olahraga bukan hanya sekadar profesi, melainkan memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat, termasuk bagi para jurnalisnya sendiri. “Jangan hanya membuat audiens melihat, tetapi buatlah mereka mendengar dan merasakan bagaimana kondisi olahraga yang disampaikan lewat berita,” tegasnya, mendorong para peserta untuk lebih peka dalam menyampaikan berita. Vinsensius juga memaparkan bagaimana teknologi telah mengubah wajah media olahraga. Sebagai contoh, radio dan televisi di Amerika Serikat telah menjadi pionir dalam menyiarkan acara olahraga sejak tahun 1930-an. Kini, dengan kemajuan teknologi, wartawan dapat lebih mudah mengakses data dan menyajikan berita secara cepat serta lengkap.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya seorang wartawan tidak hanya mengulas prestasi, tetapi juga sejarah olahraga. “Seorang wartawan harus membuat atlet dan pembaca bangga dengan tulisan kita, agar mereka tidak melupakan sejarah,” tambahnya.Para peserta tampak terinspirasi dengan penjelasannya, terutama terkait keterampilan yang harus dimiliki seorang wartawan. Mulai dari riset, penulisan, hingga kemampuan visual seperti fotografi dan videografi. “Dalam profesi ini, rasa ingin tahu yang besar serta kemampuan mengolah data sangat diperlukan,” jelas Vinsensius. Seminar ini tidak hanya menjadi ruang untuk diskusi intelektual, tetapi juga membuka wawasan baru bagi mahasiswa PJKR tentang perkembangan jurnalisme olahraga yang sejalan dengan dinamika industri media.
Koordinator Program Studi PJKR, Zuly Daima Ulfa, dalam sambutannya menekankan bahwa peringatan ini merupakan momen yang tepat untuk mengingat prestasi yang telah diraih. “Hari ini harus menjadi momentum untuk melihat pencapaian di masa lalu dan merencanakan masa depan yang lebih baik. Kita harus terus berprestasi,” ujarnya. Ia juga berharap agar perayaan ini tidak sekadar menjadi sebuah seremoni, tetapi sebagai pengingat pentingnya olahraga dalam kehidupan sehari-hari. “Kami berharap para mahasiswa dapat mempraktikkan ilmu yang didapatkan hari ini dan mengembangkan jurnalisme olahraga ke tingkat yang lebih profesional,” tambahnya. Seminar ditutup dengan sesi tanya jawab yang semakin menghidupkan suasana, memperlihatkan antusiasme tinggi dari para peserta. Kegiatan semacam ini diharapkan akan terus diadakan untuk meningkatkan kompetensi jurnalis olahraga di Kalteng, seiring perkembangan teknologi dan dinamika dunia olahraga yang semakin cepat berubah. []Redaksi09