Bermula dari Harga Rp700 Ribu Jadi Peracik Kopi

BUKAN suatu hal baru jika kopi begitu disukai berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga orang dewasa, bahkan orang tua. Sama seperti Komisioner Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia (SDM) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Abdul Qayyim Rasyid.

Berawal dari harga kopi yang membuatnya kaget. Saat itu tahun 2014, Qayyim yang menjabat sebagai Ketua KPU Kabupaten Paser tengah berkunjung ke Kota Balikpapan. Dia menyempatkan diri mampir ke sebuah kafe untuk menikmati kopi bersama koleganya. Alangkah terkejut dia tatkala harus merogoh kocek hingga Rp700 ribu untuk empat gelas kopi yang dinikmatinya itu.

Abdul Qayyim Rasyid
Abdul Qayyim Rasyid

Harga kopi yang tak wajar pun menjadi titik mula dirinya yang penyuka kopi beralih menjadi peracik kopi. Qayyim tertarik untuk mengenal kopi lebih jauh dan mencari tahu mengapa harga segelas kopi bisa menjadi mahal. Setiap melakukan perjalanan dinas ke luar daerah, dia selalu menyempatkan diri menyeruput kopi racikan, baik di kedai atau coffee shop .

“Awalnya saya sama teman-teman anggota KPU Paser dulu untuk pertama kali ngopi di Balikpapan, yang namanya kita dari kampung begitu bayar Rp700 ribu, tentu kaget. Minum kopi apaan? Dari itu saya tertarik sama apa yang membuat kopi itu menjadi mahal,” tutur Qayyim, ditemui di ruang kerjanya di Kantor KPU Kaltim, Jalan Basuki Rahmat, Samarinda, Sabtu (05/10/2024).

Menurut Qayyim, menikmati aroma dan rasa kopi yang begitu khas, membuatnya terasa lebih rileks. “Dijamin menghilangkan penat setelah terjebak rutinitas sehari-hari sebagai Komisioner KPU Kaltim,” ujarnya.

Tak cukup hanya sekedar ngopi , dia juga selalu berusaha memperhatikan barista saat membuat kopi pesanan miliknya. Di tengah percakapan seru itu, Qayyim berdiri, izin membuat kopi. Di ruang kerjanya terdapat stok biji kopi, grinder dan mesin espresso. Selang 10 menit kemudian, kopi espresso buatannya sudah bisa dinikmati.

“Srruupp,” seperti itu terdengar kala ia menyeruput kopi. “Saya belajar otodidak, di Jakarta ada kedai kopi langsung saya tanya ke barista. Saya terbuka saja kayak teman-teman di Jogjakarta atau Bandung, baristanya pun senang kalau kita tanya-tanya,” kata Qayyim.

Dalam percakapan itu, pria kelahiran 28 Oktober 1983 ini sempat menceritakan perjalanan hidupnya yang lahir di sebuah desa terpencil di Kaltim, tepatnya di Desa Petiku, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser. Ternyata saat kecil dia sempat tiga kali pindah Sekolah Dasar (SD), lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiah (MTS).

“Saya kelahiran Paser dan SD kelas tiga pindah ke Long Kali pada kelas 4 dan 5 di situ, kelas 6 saya pindah lagi di Balikpapan, kelas 1,2,3 SMP saya di MTS, lulus MTS ke Jawa. Di pondok pesantren setelah lulus, pulang untuk membantu orang tua menjadi petani tambak,” kata ayah dengan dua anak ini.

Kemudian, setelah sempat selama satu tahun membantu orang tua, dia diberi izin melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda, bidang studi Bahasa Arab dan lulus tahun 2006. “Baru saya kuliah pada tahun 2003 masuk STAIN Samarinda D3 dan sempat pindah ke Banjarmasin untuk kuliah S1, tidak lama setelah itu saya pindah lagi ke Samarinda karena S1 sudah buka di Samarinda serta menyelesaikan studi saya di sana,” tutup Qayyim.

Setelah menyandang gelar sarjana, Qayyim pulang kampung, mengabdi menjadi ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ dengan status tenaga kehormatan di Madrasah Aliah Negeri (MAN) Penajam Paser Utara (PPU) hingga tahun 2013. Di tahun yang sama Qayyim melepaskan pelepasan lalu hijrah ke Tanah Grogot , Paser. Di sana ia juga jadi guru kehormatan di MAN Tanah Grogot. Tak cuma itu, Qayyim juga dipercaya menjadi pengelola Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ibnu Rusyd Tanah Grogot. “Begitu lulus 2010 lalu, saya pulang kampung jadi honorer di MAN PPU sampai 2013, setelah itu menikah dan di undang ke MAN Tanah Grogot untuk jadi guru honorer dan menjadi pengelola kampus STIT Tanah Grogot di akhir tahun 2013,” paparnya.

Kemudian, pada tahun yang sama mencoba meniti karier di dunia penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) sebagai Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) di Kecamatan Long Kali. Motivasinya terjun ke dunia itu adalah wujud manifestasi niat berpartisipasi serta gemar berinteraksi serta bersosialisasi kepada orang lain. Setelah satu setengah tahun di Panwascam, tahun 2014 Qayyim ikut serta seleksi KPU dan sukses jadi komisioner KPU Paser periode 2014-2019. “Kemudian jadi Ketua KPU di tahun 2019 sampai 2024,” kata Qayyim.

Meski sudah terjun di berbagai pekerjaan, dia tidak ada pekerjaan yang berat karena semuanya pasti ada tantangan dan dinamikanya. Pada prinsipnya, jika seseorang mengeluh dengan pekerjaannya artinya tidak mensyukuri apa yang dimiliki dan tidak menikmati dalam menjalaninya. “Karena pekerjaan itu merupakan tuntutan dan tanggung jawab kita, maka kita bekerja saja dengan enjoy dan penuh rasa tanggung jawab. Kita jangan mengeluh, apa pun pekerjaan dan rintangan yang dialami jadikan sebagai tantangan yang harus dihadapi,” urainya.

Meski disiplin ilmu yang berlatar belakang pengajar dalam dunia pendidikan, yang selalu berinteraksi dengan murid tentunya membuat dia tak sulit untuk menjalankan pekerjaan yang dikembannya saat ini, karena tak jauh berbeda dalam hal berinteraksi dengan orang lain. “Hobi saya itu membaca dan bertemu dengan banyak orang, kemudian ngurus sana ngurus sini, artinya walaupun latar belakang pendidikan saya, tapi tidak menjadikan penghalang dengan pekerjaan yang ada saat ini,” jelasnya.

Suka duka sebagai Ketua KPU Paser tentunya pernah dialami, seperti bisa bertemu orang banyak, itulah bentuk suka yang dirasakan, namun sebaliknya juga ada duka yang pernah dialami, sebagai pelayan publik ketika ada kendala dalam proses ke-pemilu-an lembaga yang dipimpinnya menjadi sasaran . “Begitulah suka dan dukanya, tidak semua orang bisa kita puaskan namun kita harus melayani dengan baik, Informasi yang kita sampaikan, terkadang kala tidak sampai ke masyarakat dalam hal ini tidak memahami apa yang disampaikan,” ucapnya.

Sebagai penyelenggara Pemilu, sangat penting melakukan sosialisasi kepada masyarakat, sehingga pada saat dibutuhkan berkenaan dengan ke-pemilu-an, maka masyarakat dapat menyadari dan memahami dalam aturan ke-pemilu-an. “Sejauh ini, kami sudah melakukan pemutakhiran data pemilih, baik di Pilkada maupun Pemilu dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama di kalangan pemilih pemula,” ucap Qayyim. []

Penulis: Guntur Riyadi | Penyunting: Hadi Purnomo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com