JAKARTA – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan pemimpin Hamas Yahya Sinwar tewas dalam operasi Israel di Rafah, Gaza, Kamis (17/10/24). Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Netanyahu menyebut Sinwar adalah singa yang bersembunyi di sarang gelap. “Dan dia tewas saat dia melarikan diri dengan panik dari tentara kita,” ujar Netanyahu saat pidato. Kematian Sinwar, lanjut dia, merupakan tonggak penting dalam kemunduran pemerintahan Hamas.
Di luar pengumuman Netanyahu, sejumlah pejabat dan militer Israel membeberkan kronologi kematian Sinwar. Salah satu pejabat Israel menduga Sinwar tewas dalam serangan pada Rabu di Jalur Gaza. Saat itu, pasukan Israel sedang melakukan patroli rutin dan tiba-tiba berpapasan dengan tiga orang bersenjata. Mereka lantas terlibat baku tembak hingga ketiga orang itu tewas. Salah satu anggota Israel mengaku melihat satu dari ketiga wajah orang bersenjata disebut mirip Sinwar. Israel lantas memeriksa dan melakukan tes biometrik, sidik jari, hingga DNA.
Pemerintahan Zionis bisa melakukan tes semacam itu karena Sinwar sempat dipenjara 20 tahun, sehingga Israel memiliki data-data tersebut. Israel lalu mengonfirmasi bahwa mayat itu adalah pemimpin Hamas Yahya Sinwar. Sementara itu, juru bicara militer Israel Doron Spielman mengatakan Sinwar tewas di Rafah. Lokasi ini dekat dengan tempat saat pasukan menemukan jenazah enam sandera pada September.
Keenam jenazah itu ditemukan di terowongan yang diklaim dioperasikan Hamas. Spielman lalu bercerita pasukan darat dan tank Israel berada di sana karena yakin “para komandan teroris yang sangat senior” termasuk Sinwar ada di daerah tersebut. Dia mengatakan pasukan Israel terlebih dahulu diserang, dan membalas dengan tank. Lalu, saat mereka patroli memeriksa gedung, para tentara Israel menyadari Sinwar berada di puing-puing. Spielman mengatakan pemimpin Hamas ditemukan bersama tiga orang. “Salah satunya orang yang berada di sisinya yaitu komandan batalyon Khan Younis. Dia juga tewas dalam reruntuhan,” ungkap dia, dikutip media. Lebih lanjut, Spielman mengatakan tujuan operasi Israel di area tersebut untuk memaksa Sinwar dan komandan lain keluar dari bunker. “Kami mencoba memaksanya-dalam kasus ini berhasil-ke atas tanah, bergerak sehingga mereka bisa melakukan kesalahan,” imbuh dia. []
Redaksi09