BANJARMASIN – Pengembangan ternak ruminansia di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), terus bergerak progresif.
Terkini, hadir pola budidaya (penggemukan) komunal modern berkonsep terpadu di Kecamatan Takisung. Tepatnya di Desa Sumbermakmur di lingkungan RT 8 Dusun 4 atau Rombongan Empat.
Kandang tersebut dikelola Kelompok Peternak Mandiri (KPM) Mitra Makmur yang diketuai Kuswanto. Jumlah anggotanya 50 orang.
Pantauan di lokasi, Jumat (15/11/2024), jumlah populasi sapinya sekitar 71 ekor. Semua berjenis Sapi Bali, sebagian berkulit kuning kecokelatan, sebagian lagi hitam kecokelatan.
Kuswanto menuturkan kandang komunal yang dikelolanya memang didesain terpadu. Tak cuma kandang penggemukan sapi semata, tapi sekaligus tempat edukasi pengembangan ternak.
Ada enam blok kandang. Semua dinamai tokoh pewayangan yaitu Rama, Shinta, Bima, Gatot Koco, Abimanyu, dan Yudistira. Tiap kandang dilengkapi tempat minum memanjang seperti talang cor semen dan mengalir. Ada keran air bersih di bagian ujung.
Menerapkan konsep kandang ganda. Artinya, posisi atau letak sapi berhadapan dan jalur atau lorong di tengah sebagai jalan.
Tempat pakan dan minum satu jalur untuk memudahkan aktivitas pemberian pakan dan minum sehingga lebih efisien. Jarak antarkandang dua meter untuk sirkulasi udara dan pencahayaan.
Ukuran kandang koloni berukuran 9×21 meter sebanyak 2 petak yang dapat menampung bakalan 28 ekor sapi per petak. Lalu, 1 kandang lagi berukuran 9×36 meter yang dapat menampung 46 ekor sapi, dan 1 kandang lainnya berukuran 9×48 meter yang dapat menampung 64 ekor. Kapasitas totalnya mampu menampung hingga 150 ekor sapi.
Tiap hari ada dua orang yang bertugas menjaga dan merawat kandang. Pengaturannya bergiliran atau sistem shift. Sejak awal 2023 lalu mulai operasional memelihara sapi. Setahun pertama (2022) pembangunan fasilitas.
Kandang ternak modern yang dikelola lelaki 47 tahun tersebut berdiri di atas lahan seluas 4.000 meter per segi. Semua sarana prasarana yang terbangun tersebut bantuan dari bank syariah ternama pemerintah senilai sekitar Rp 3,5 miliar.
“Semuanya bantuan dari BSI, kami sangat berterimakasih karena telah dipercaya. Di Kalimantan, ini satu-satunya. Bahkan di Indonesia, baru ada di beberapa daerah, salah satunya di Tala di tempat kami,” beber Kuswanto.
Latar belakang menerapkan pola kandang komunal, jelas bapak tiga anak ini, karena keterbatasan kepemilikan luasan lahan pertanian. Ini permasalahan yang sering dihadapi petani dalam menjalankan usaha taninya.
Kondisi tersebut juga terjadi pada sektor peternakan terutama peternak yang memelihara sapi. Kehadiran kandang komunal merupakan sebuah inovasi dengan tujuan memusatkan hewan ternak pada suatu wilayah.
Keunggulan klaster peternakan sapi sistem kandang komunal, paparnya, perawatan sapi menjadi lebih mudah untuk dikontrol. Penanganan ternak sapi juga menjadi lebih mudah dan efektif.
Hasilnya pun telah dirasakan Kuswanto dan anggota. Pada musim hari raya kurban, banyak pembeli dari berbagai tempat yang berdatangan. Tahun lalu puluhan ekor terjual pada momen kurban dan langsung diisi lagi dengan sapi bakalan (anakan).
“Keuntungan penjualan sapi kurang lebih Rp 65 juta sejak mulai mengisi sapi tahun 2023. Tahun kemarin dari penjualan pupuk alhamdulillah organik dapat Rp 14 juta. Kalau tahun ini belum,” papar Kuswanto.[]
Redaksi10