JAKARTA – Milisi Hamas Palestina telah mengungkapkan rincian tahap awal dari pembebasan sandera sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.
Rencana tersebut mencakup pembebasan sejumlah perempuan sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata yang akan dimulai pada 19 Januari mendatang.
Menurut dokumen perjanjian yang dibagikan oleh pejabat senior Hamas, Bassem Naim, fase pertama gencatan senjata akan fokus pada pembebasan perempuan.
“Hamas akan membebaskan tiga tahanan Israel setiap tujuh hari, dimulai dengan perempuan, baik warga sipil maupun tentara,” ujar Naim dalam dokumen tersebut.
Pada pekan pertama gencatan senjata, tiga perempuan warga Israel akan dibebaskan. Kemudian, pada pekan kedua, empat perempuan lainnya dijadwalkan untuk dibebaskan.
Proses ini akan berlanjut setiap pekan dengan jumlah perempuan yang dibebaskan bertambah. Rencana tersebut akan berlangsung hingga pekan keenam, di mana Hamas dijadwalkan untuk membebaskan seluruh tahanan yang termasuk dalam tahap awal ini.
Sebagai balasannya, Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, sesuai dengan daftar yang diserahkan oleh Hamas. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan pertukaran yang adil dalam rangka mewujudkan perdamaian sementara.
Selain itu, kesepakatan yang telah dicapai antara Hamas dan Israel juga mencakup tiga fase utama, yang masing-masing akan berlangsung selama 42 hari atau enam pekan. Fase pertama akan mengutamakan pembebasan 33 sandera yang ditahan di Gaza.
Sementara itu, fase kedua bertujuan untuk membebaskan semua tahanan pria Israel yang masih hidup, baik warga sipil maupun tentara, dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel.
Lebih lanjut, pada fase ketiga, seluruh jenazah atau sisa-sisa orang yang meninggal akibat konflik harus dipulangkan. Fase ketiga juga mencakup rencana rekonstruksi Gaza, yang diharapkan berlangsung selama tiga hingga lima tahun ke depan.
Dengan kesepakatan ini, diharapkan ada langkah konkret untuk menciptakan stabilitas dan membangun kembali wilayah yang dilanda konflik.
Gencatan senjata ini menjadi sebuah upaya signifikan untuk mengurangi ketegangan antara kedua pihak, namun masih memerlukan pemantauan lebih lanjut untuk memastikan bahwa kesepakatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan masyarakat internasional. []
Redaksi03