JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah berencana mengurangi muatan pada setiap mata pelajaran sebagai bagian dari penerapan metode pembelajaran baru bernama deep learning atau pembelajaran mendalam.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa pendekatan pembelajaran ini menekankan pada pemahaman yang lebih dalam dan kontekstual terhadap materi pelajaran. Ia menegaskan, agar proses pembelajaran lebih bermakna, maka siswa tidak bisa terus-menerus dibebani dengan materi yang terlalu padat.
“Karena pembelajaran mendalam itu menekankan pembelajaran yang lebih konstruktivis, ini teori pelajaran konstruktivis, kemudian deep learning proses, proses pembelajaran yang mendalam berpikir tingkat tinggi,” ujar Mu’ti di Kantor Kemendikdasmen, Jumat (11/04/2025).
Menurut Mu’ti, metode ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk benar-benar mendalami apa yang mereka pelajari, bukan sekadar menghafal atau mengerjakan soal. Ia menyebut bahwa pengurangan muatan akan berlaku di semua mata pelajaran, namun belum menyebutkan secara pasti persentase pengurangannya.
“Semua mata pelajaran,” jawab Mu’ti singkat saat ditanya mengenai cakupan kebijakan ini.
Mu’ti menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk mendukung implementasi deep learning, materi yang diajarkan harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik serta berorientasi pada nilai dan makna. “Nilai harus melekat pada semua mata pembelajaran, dan nilai menjadi makna utama dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, selain aspek pengetahuan dan kemampuan, deep learning juga harus mengedepankan pentingnya nilai,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/02/2025).
Ia juga memaparkan bahwa pendekatan deep learning berpijak pada tiga prinsip utama, yakni mindful, meaningful, dan joyful. Prinsip pertama, mindful, menekankan pentingnya kesadaran penuh dalam proses belajar mengajar serta penghormatan kepada setiap individu siswa. Kedua, meaningful, yaitu pembelajaran yang membawa makna dan relevansi dalam kehidupan nyata. Ketiga, joyful, mengacu pada pentingnya pengalaman belajar yang menyenangkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
Meski demikian, Mu’ti menegaskan bahwa tidak semua sekolah akan langsung menerapkan metode ini dalam waktu dekat. “Ini masih ongoing process (masih dalam proses berjalan),” katanya dalam seminar nasional yang membahas program deep learning, Senin (17/02/2025).
Dengan pendekatan ini, pemerintah berharap pendidikan tidak hanya menjadi sarana penguasaan materi, tetapi juga proses pembentukan karakter dan kemampuan berpikir kritis yang lebih mendalam bagi generasi muda. []
Redaksi03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan