PONTIANAK — Genangan air yang kerap terjadi di sejumlah titik wilayah Kota Pontianak setiap kali hujan turun dengan intensitas tinggi, apalagi saat bersamaan dengan air pasang, masih menjadi permasalahan lingkungan yang serius. Permasalahan ini diperparah oleh kondisi drainase yang tersumbat akibat sampah dan tumpukan rerumputan liar.21 April 2025
Sebagai respons atas kondisi tersebut, Pemerintah Kota Pontianak menggelar kegiatan gotong royong bersama masyarakat di Jalan Putri Candramidi, Kecamatan Pontianak Kota, Minggu (20/4/2025). Aksi bersih-bersih ini digelar untuk memastikan kelancaran aliran air di saluran parit, selokan, serta drainase yang ada.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, secara simbolis membuka kegiatan tersebut di halaman Warung Kopi Aming Podomoro. Usai memberikan arahan singkat, Edi turun langsung ke lapangan bersama warga dan jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk membersihkan sampah dan tanaman liar di sepanjang parit kawasan tersebut.
Ia menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme warga dan keterlibatan OPD dalam aksi gotong royong tersebut. Menurutnya, inisiatif bersama ini mencerminkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggal mereka.
“Warga begitu peduli dengan lingkungannya karena mereka tahu kebersihan lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi menjadi tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Lebih lanjut, Edi menjelaskan bahwa kedalaman parit tidak selalu efektif mengatasi genangan, terutama saat muka air meningkat. Untuk itu, langkah optimalisasi fungsi parit—baik primer, sekunder, maupun tersier—harus dilakukan. Salah satunya dengan menghubungkan seluruh jaringan parit agar aliran air tidak terhambat.
“Selanjutnya mengkoneksikan parit yang ada agar aliran air lancar,” tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa Pemkot Pontianak secara rutin melakukan normalisasi sungai setiap tahun. Saat ini, terdapat 27 parit primer yang tersebar di berbagai wilayah kota, sebagian besar telah diturap.
“Kondisinya sebagian besar memang sudah diturap,” sebutnya.
Namun demikian, masih terdapat turap yang menggunakan material kayu belian sehingga membutuhkan perbaikan atau penggantian. Menurut Edi, betonisasi menjadi solusi jangka panjang agar aliran air tetap stabil.
“Jika sudah diturap maka penampang basah parit akan menjadi aman sehingga debit air yang masuk ataupun keluar bisa mudah dikalkulasi,” ucapnya.
Sebagai langkah antisipatif jangka pendek, ia mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, serta tidak menutup parit-parit yang ada.
“Jika membangun maka beberapa kawasan harus lebih tinggi dari jalan,” sarannya.
Kegiatan kerja bakti ini diharapkan menjadi gerakan bersama yang konsisten dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah genangan yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat.[]
Redaksi10
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan