LONDON – Dampak kecerdasan buatan (AI) terhadap pasar kerja di Inggris mulai menunjukkan pengaruh nyata. Berdasarkan laporan terbaru McKinsey & Co yang dirilis pada Senin (14/07/2025), kehadiran AI bukan hanya mengubah cara kerja, tetapi juga mempercepat penurunan jumlah lowongan pekerjaan, terutama pada sektor-sektor yang selama ini dianggap sebagai tulang punggung pekerjaan kerah putih.
Laporan tersebut mencatat bahwa jumlah lowongan kerja daring di Inggris turun hingga 31 persen dalam tiga bulan terakhir hingga Mei 2025 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022. Penurunan ini terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat serta tekanan akibat suku bunga pinjaman yang tinggi. Situasi ini memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya, termasuk menunda rekrutmen.
Jenis pekerjaan yang terdampak paling besar merupakan posisi yang erat kaitannya dengan tugas-tugas yang dapat diotomatisasi oleh AI, seperti pengembangan perangkat lunak, analisis data, dan desain grafis. “Antisipasi peningkatan produktivitas yang signifikan di masa depan, terutama seiring dengan semakin matangnya teknologi dan aplikasinya, mendorong perusahaan untuk meninjau kembali strategi tenaga kerja mereka dan menunda beberapa aspek perekrutan,” jelas Tera Allas, penasihat senior McKinsey.
Data menunjukkan, pekerjaan yang memuat penyebutan AI dalam deskripsi tugas justru mengalami penurunan tajam. Posisi dalam bidang matematika seperti data sains dan analitik, yang memiliki keterkaitan tinggi dengan AI, turun hampir 50 persen dibandingkan masa sebelum pandemi. Bahkan, peran yang membutuhkan keahlian tinggi dan bersifat teknis mengalami kontraksi paling tajam dalam tiga tahun terakhir.
Situs pencarian kerja Indeed juga mengonfirmasi tren serupa. Pawel Adrjan, direktur riset ekonomi untuk kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika di Indeed Hiring Lab, menyebut bahwa AI mulai memengaruhi pengambilan keputusan perekrutan. Menurutnya, banyak perusahaan kini cenderung mengurangi perekrutan untuk posisi yang berkaitan langsung dengan pengembangan atau penggunaan AI, sembari menyederhanakan beban operasional mereka.
Sementara itu, bidang-bidang yang minim keterlibatan teknologi seperti real estat dan pendidikan justru mengalami peningkatan jumlah lowongan kerja. Kondisi ini mencerminkan adanya pergeseran prioritas di dunia kerja, seiring dengan meningkatnya ketergantungan terhadap teknologi pintar.
Di tengah perlambatan ekonomi dan reformasi struktur tenaga kerja, perusahaan tampak semakin selektif dalam merencanakan perekrutan. Beberapa posisi pemula yang sebelumnya umum, seperti peringkas rapat atau pengelola dokumen, mulai ditinggalkan karena bisa digantikan oleh sistem otomatisasi berbasis AI.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa perubahan lanskap kerja di Inggris tidak hanya bersifat teknologi, tetapi juga menyentuh sisi sosial dan kebijakan ekonomi secara lebih luas.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan