Air Mati, Perumdam Cuma Janji

PASER – Dua hari tanpa air bersih bukanlah hal sepele bagi warga Tanah Grogot, Kabupaten Paser. Di tengah suhu panas Kalimantan Timur yang menyengat, masyarakat harus bertahan tanpa pasokan air dari Perumdam Tirta Kandilo, perusahaan daerah yang seharusnya menjamin kebutuhan dasar warga: air untuk hidup.

Keluhan datang dari berbagai penjuru. Salah satunya Rendy, warga Jalan Sultan Ibrahim Chaliluddin, yang frustrasi karena suplai air berhenti total sejak dua hari terakhir. “Sudah dua hari tidak mengalir, saya mau beli air galon saja juga susah, airnya yang tidak ada. Jadi, air untuk memasak maupun mandi di rumah tidak ada,” ujarnya, Rabu (08/10/2025).

Kisah Rendy bukan satu-satunya. Banyak warga terpaksa antre air di tetangga yang memiliki sumur, bahkan sebagian harus membeli air dari luar kecamatan. Ironisnya, krisis ini bukan kali pertama terjadi. Setiap kali pipa bocor, masyarakat selalu menjadi korban pertama, sementara pihak Perumdam hanya muncul setelah aduan ramai di media.

Dewan Pengawas Perumdam Tirta Kandilo, Paulus Margita, membenarkan distribusi air bersih terhenti. “Memang distribusi air bersih ini terhenti sejak kemarin, itu disebabkan pipa pengambilan air baku kita di Desa Damit mengalami kebocoran,” ujarnya.

Kebocoran itu, kata Paulus, disebabkan aktivitas alat berat milik PTPN IV yang sedang bekerja di area perkebunan sawit di Desa Damit, Kecamatan Paser Belengkong. “Kalau yang bocor ini bukan pipa distribusi, melainkan pipa produksi atau pipa pengambilan air baku. Kami kebut juga perbaikannya, karena pipanya ini besi jadi butuh waktu, paling lambat besok sudah selesai diperbaiki,” jelasnya.

Pernyataan itu terdengar seperti alasan yang berulang. Bukan kali pertama pipa milik Perumdam Tirta Kandilo rusak karena proyek pihak ketiga, namun tak pernah ada penegasan tanggung jawab. Hingga kini, publik belum mendengar ada langkah tegas terhadap perusahaan yang dianggap lalai atau merusak infrastruktur air.

Perumdam mencoba menambal krisis dengan solusi darurat: distribusi air bersih menggunakan mobil tangki. “Kami sudah minta bantuan ke BPBD Paser maupun dari pihak kecamatan berupa dukungan mobil tangki untuk distribusi air bersih, airnya itu diambil dari instalasi pengolahan air (IPA) di Desa Sangkuriman,” tambah Paulus.

Namun langkah ini hanya menenangkan sementara. Pengiriman air menggunakan tangki tidak mungkin menjangkau semua rumah, apalagi di wilayah yang padat. Warga tetap harus menunggu giliran, menampung air seadanya, dan berharap aliran kembali lancar.

Persoalan ini memperlihatkan lemahnya sistem pengelolaan air di tingkat daerah. Ketergantungan penuh pada satu sumber air baku, ditambah jaringan pipa tua dan minimnya pengawasan terhadap proyek sekitar, menjadikan layanan Perumdam rentan lumpuh kapan saja.

Di tengah jargon “air untuk kehidupan”, warga Tanah Grogot justru hidup dalam ironi: air bersih yang seharusnya hak dasar, kini berubah menjadi barang langka. Sementara lembaga yang bertugas menjamin ketersediaannya justru sibuk memberi penjelasan, bukan solusi berkelanjutan. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com