Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan
KOTAWARINGIN TIMUR – Buruknya infrastruktur pertanian di wilayah selatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali mendapat sorotan tajam dari Anggota Komisi I DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng), Sutik. Ia menilai perhatian pemerintah terhadap akses jalan pertanian di kawasan Samuda dan sekitarnya masih jauh dari harapan masyarakat.
Dalam kegiatan reses perseorangan di Daerah Pemilihan (Dapil) II Kotim–Seruyan, Sutik mengaku menerima banyak keluhan dari warga. Sebagian besar menyuarakan persoalan klasik: sulitnya akses jalan menuju area pertanian yang membuat biaya produksi dan pengangkutan hasil panen membengkak.
Menurutnya, problem utama yang dihadapi petani bukan sekadar harga jual hasil panen, melainkan tingginya ongkos angkut akibat infrastruktur yang tak kunjung dibenahi.
“Jalan ke pertanian itu memang belum ada. Jadi untuk mengambil hasil panen perlu biaya tinggi karena harus menggunakan klotok kecil di jalur air, dan itu tidak sebanding dengan hasil panen,” ujarnya, Senin (10/11/2025).
Sutik menjelaskan, di beberapa titik badan jalan sebenarnya sudah terbentuk, tetapi kondisinya rusak berat dan tak bisa dilewati kendaraan roda empat. Karena itu, petani masih terpaksa mengandalkan jalur sungai untuk mengangkut hasil panen mereka.
“Kalau jalannya bisa dibuka dan ditimbun, tidak perlu aspal dulu, yang penting bisa dilalui mobil agar alat pertanian dan hasil panen bisa diangkut,” terangnya.
Ia menambahkan, bantuan dari pemerintah pusat seperti traktor, alat panen, dan mesin penggiling padi sebenarnya sudah disalurkan. Namun, manfaatnya belum terasa karena hambatan utama—akses jalan—belum juga diselesaikan.
Sutik pun mendesak agar pemerintah daerah, baik tingkat kabupaten maupun provinsi, segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan akses jalan pertanian. Menurutnya, kesejahteraan petani tidak akan terwujud selama mereka masih terisolasi dari infrastruktur dasar. []
Fajar Hidayat
