SEOUL – Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) kembali menguatkan sinyal solidaritas militernya melalui latihan pertahanan bersama bertajuk Freedom Edge yang dijadwalkan berlangsung mulai (15/09/2025). Latihan ini disebut sebagai bagian dari upaya memperkuat kemampuan operasi udara, laut, dan siber untuk menghadapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan pada Jumat (05/09/2025) menegaskan, latihan tersebut merupakan agenda tahunan dengan tujuan menjaga perdamaian sekaligus stabilitas di kawasan. “Freedom Edge adalah latihan tahunan yang dirancang untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas regional,” ujarnya, sembari menekankan bahwa kegiatan itu tetap dilaksanakan sesuai dengan hukum internasional.
Meski begitu, pihak militer belum merinci jumlah pasukan maupun peralatan yang dikerahkan dalam agenda kali ini. Namun, intensitas latihan trilateral ini mencerminkan komitmen berkelanjutan antara Washington, Seoul, dan Tokyo dalam menghadapi dinamika keamanan Asia Timur.
Latihan ini menyusul gelaran mobilisasi skala besar yang dilaksanakan Korea Selatan dan AS bulan lalu selama sepuluh hari. Saat itu, simulasi pertahanan ditujukan untuk mengukur kesiapan menghadapi kemungkinan serangan dari Korea Utara. Pyongyang menilai latihan semacam itu hanya memperlihatkan sikap bermusuhan sekutu terhadap negaranya.
Pengumuman latihan Freedom Edge bertepatan dengan sorotan dunia pada parade militer besar di Beijing, awal pekan ini. Parade tersebut menampilkan kedekatan antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Presiden China Xi Jinping, dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kehadiran mereka secara bersamaan memberi pesan politik tentang solidaritas blok yang kerap dipandang berseberangan dengan kepentingan Barat.
Kim Jong Un bahkan menutup kunjungannya dengan pertemuan puncak bersama Xi Jinping. Dalam kesempatan itu, ia menegaskan kembali dukungan terhadap kepentingan Beijing sekaligus berupaya mempererat hubungan dengan Tiongkok, mitra ekonomi terpenting bagi Pyongyang. Sebelumnya, Kim juga menggelar pembicaraan dengan Vladimir Putin, memperlihatkan strategi diplomasi ganda Korea Utara dalam merangkul dua kekuatan besar dunia.
Di sisi lain, Korea Selatan memperluas diplomasi pertahanannya melalui forum internasional. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengumumkan bahwa Menteri Pertahanan Jepang serta Ketua Komite Militer NATO dijadwalkan menghadiri Dialog Pertahanan Seoul yang dimulai Senin mendatang. Forum ini akan mempertemukan pejabat militer senior dari berbagai negara, sekaligus memperluas jejaring aliansi keamanan Korea Selatan.
Langkah ini menunjukkan bahwa Seoul, bersama Washington dan Tokyo, tidak hanya memperkuat pertahanan kolektif melalui latihan militer, tetapi juga membuka ruang diplomasi pertahanan multilateral. Kehadiran NATO dalam forum tersebut menandai semakin eratnya hubungan Asia-Eropa dalam menghadapi tantangan global, mulai dari ancaman nuklir Korea Utara hingga dinamika persaingan strategis dengan China dan Rusia.
Latihan Freedom Edge dan rangkaian agenda diplomasi pertahanan ini memperlihatkan konstelasi geopolitik Asia Timur yang semakin kompleks. Bagi Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat, kerja sama erat dipandang penting untuk menjaga stabilitas di tengah meningkatnya manuver militer negara-negara yang berseberangan dengan kepentingan sekutu Barat. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan