Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan
JAKARTA – Dalam suasana khidmat Iduladha di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jumat (6/6), mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan pesan religius yang sarat makna sosial dan kritik terhadap kondisi bangsa saat ini. Ia menjadi khatib dalam salat Iduladha yang diikuti ribuan jemaah.
Anies memanjatkan doa yang sekaligus menjadi refleksi atas berbagai persoalan di Indonesia. Ia menyinggung soal merosotnya nilai kejujuran dalam kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan, serta masih kuatnya praktik nepotisme yang mengorbankan profesionalisme.
“Pada hari yang mulia ini, kami hadir di hadapan-Mu, mengadukan luka-luka yang belum sembuh di Tanah Air kami bahwa kejujuran kerap disingkirkan, kompetensi dikalahkan oleh koneksi,” ucap Anies dengan nada doa.
Ia juga menyoroti persoalan kemiskinan yang masih diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, mencerminkan sistem yang belum sepenuhnya berpihak pada pemerataan dan keadilan.
“Kemiskinan diwariskan dari generasi ke generasi karena sistem yang enggan dibenahi. Kami sadar, keadilan dan kesetaraan bukan sekadar hasil dari niat baik, tetapi buah dari keberanian untuk menyentuh akar yang dalam, yang kadang menyakitkan,” sambungnya.
Dalam khutbahnya, Anies menyerukan agar masyarakat memiliki keberanian dan keteguhan hati untuk tidak berdiam diri terhadap ketimpangan dan ketidakadilan yang nyata di depan mata.
“Lembutkan batin kami agar tak terbiasa memalingkan wajah dari kezaliman di sekitar kami. Bukakan mata nurani kami, agar kami tak sekadar tertegun menyaksikan ketimpangan, tetapi juga memiliki keberanian untuk mendekat, memahami, dan bertindak semampu yang kami bisa,” tuturnya.
Doa yang disampaikan Anies ini mencerminkan perpaduan antara spiritualitas dan kesadaran sosial. Ia tidak hanya menekankan aspek ibadah dalam momen Iduladha, tetapi juga mengajak jemaah untuk merefleksikan kondisi bangsa dan mendorong perubahan menuju sistem yang lebih adil. []
