HONG KONG — Kesaksian seorang pekerja migran Indonesia bernama Fita mengungkap ketegangan luar biasa di balik kebakaran besar yang melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court, Tai Po, Hong Kong. Insiden pada Rabu 26 November 2025 itu tidak hanya menelan 128 korban jiwa, tetapi juga mengguncang ratusan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tinggal dan bekerja di kawasan tersebut.
Fita, yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART), termasuk di antara warga Indonesia yang menghuni blok apartemen tersebut. Saat sirene peringatan meraung dan puing-puing bangunan mulai beterbangan, ia segera mencoba memperingatkan majikannya mengenai bahaya yang terjadi. Namun, upayanya sempat tidak digubris karena majikan Fita tidak mempercayai situasi darurat itu.
Setelah keluar dan menyaksikan dua gedung di kompleks Wang Fuk Court sudah dilahap api, Fita kembali mendesak majikannya agar segera mengungsi. “Saya langsung bicara dengan majikan saya, saya bilang: ‘Kamu harus turun sekarang’. Rasanya menakutkan. Saya hampir menangis karena melihat banyak orang kebingungan,” tutur Fita seperti dikutip dari Reuters.
Berkat upaya berulang, Fita dan majikannya akhirnya berhasil melarikan diri dari area kebakaran. Perempuan berusia 49 tahun itu kini menetap sementara di rumah darurat yang disediakan otoritas setempat. Meski selamat, Fita masih memikirkan kondisi rekan-rekannya yang belum ditemukan. Ia terus berdoa dan berupaya melacak mereka yang masih hilang.
Konsulat Jenderal RI (KJRI) Hong Kong menyampaikan bahwa terdapat sekitar 140 WNI yang tinggal dan bekerja di kompleks apartemen tersebut. Mereka seluruhnya merupakan PMI sektor domestik yang menempati unit-unit hunian di Wang Fuk Court. Verifikasi dilakukan melalui data ketenagakerjaan serta pengecekan langsung di lapangan.
Dalam pembaruan informasi pada Sabtu (29/11/2025), KJRI Hong Kong mengonfirmasi tujuh WNI termasuk dalam daftar korban meninggal dunia. “Berdasarkan hasil koordinasi dengan Hong Kong Police Force (HKPF), hingga saat ini, warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban meninggal dunia total berjumlah 7 (tujuh) orang,” demikian keterangan resmi KJRI.
Sementara proses evakuasi dan pencarian korban masih berlangsung, pemerintah Indonesia terus memonitor keadaan serta memberikan pendampingan kepada para PMI terdampak. Situasi tragis ini kembali menegaskan pentingnya kesiapsiagaan bencana di kawasan permukiman padat, termasuk bagi pekerja migran yang tinggal bersama majikan di gedung bertingkat. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan