TANAH LAUT – Lagi-lagi, cuaca ekstrem di Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan, memperlihatkan lemahnya kesiapsiagaan terhadap bencana alam skala kecil. Hujan deras disertai angin kencang yang melanda wilayah tersebut pada Sabtu sore (18/10/2025) kembali menimbulkan kerusakan di sejumlah rumah warga. Meskipun hanya dikategorikan rusak ringan hingga sedang, kejadian ini menegaskan bahwa sistem mitigasi bencana di daerah belum berjalan optimal.
Kepala Pelaksana BPBD Tanah Laut, Aspi Setia Rahman, membenarkan adanya sejumlah rumah yang terdampak. “Cuma ada yang rusak sedang di atap bagian dapur,” ujarnya, Minggu (19/10/2025).
Pernyataan yang terkesan meremehkan ini justru menggambarkan kondisi faktual: masyarakat harus menanggung kerugian tanpa perlindungan nyata dari risiko bencana berulang. Fenomena hujan disertai angin kencang sudah kerap terjadi di Tanah Laut, namun mitigasi jangka panjang seperti perawatan pohon rawan tumbang, peringatan dini, atau sistem evakuasi cepat masih tampak minim.
Menurut data BPBD, empat rumah warga terdampak masing-masing berada di Kompleks Amira Residence dan Kompleks Sinar Atuatu, Desa Atuatu. Di Amira Residence, rumah milik Fariz mengalami kerusakan sedang pada atap dan dinding dapur, sementara rumah Suwarsi rusak ringan akibat tertimpa atap rumah tetangga. Di Kompleks Sinar Atuatu, rumah Saipudin dan Anwar juga mengalami kerusakan ringan di bagian loteng dan atap belakang.
Aspi menyebut, angin kencang yang datang sekitar pukul 16.00 Wita juga menumbangkan beberapa pohon di sekitar pemukiman. “Setelah kejadian, kondisi aman terkendali seiring cuaca yang membaik,” tambahnya.
Namun, di balik kalimat “aman terkendali” itu, tersimpan pertanyaan mendasar: sampai kapan warga harus mengandalkan keberuntungan setiap kali angin kencang menerpa? Tidak ada laporan adanya korban jiwa atau pengungsian, tetapi kerusakan kecil yang dibiarkan berulang bisa menjadi masalah besar bila pemerintah daerah tak segera memperkuat sistem pencegahan.
BPBD menyebut telah melakukan kaji cepat, mengevakuasi pohon tumbang, dan membersihkan puing-puing. Namun, langkah reaktif semacam ini belum cukup bila tidak diikuti evaluasi menyeluruh terhadap pola angin ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.
Kejadian ini mestinya menjadi peringatan dini bagi Pemkab Tanah Laut untuk berinvestasi pada sistem mitigasi berbasis komunitas. Edukasi masyarakat, peringatan cuaca dini, dan peningkatan kualitas bangunan sederhana di kawasan rawan bencana adalah langkah kecil yang bisa menyelamatkan banyak nyawa dan harta benda di masa depan. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan