TENGGARONG – KISAH mengharukan mengiringi kepergian Awang Faroek Ishak, mantan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) periode 2008-2018. Anak perempuan satu-satunya, Dayang Donna Walfiares Tania Putri, mengungkapkan detik-detik terakhir sang ayah yang ternyata penuh makna dan simbolis.
Dalam keadaan kritis, Awang Faroek meminta keluarganya membawanya ke Balikpapan untuk mendapatkan perawatan. Donna sempat merasa bingung dengan permintaan itu. “Kenapa papa minta dibawa ke Balikpapan, padahal Samarinda punya rumah sakit yang memadai seperti AWS?” ucapnya kepada awak media di Tenggarong, Senin (23/12/2024).
Namun, jawaban atas kebingungannya terjawab dalam setelah masuk dan melaju di atas jalan tol Samarinda-Balikpapan, Awang Faroek menghembuskan napas terakhirnya. “Saya baru sadar, ternyata beliau ingin merasakan salah satu karya besarnya sebelum beliau tiada,” ungkap Donna.
Jalan tol Samarinda-Balikpapan adalah salah satu proyek ambisius yang dirintis Awang Faroek untuk meningkatkan konektivitas wilayah Kaltim. Proyek ini menjadi penanda kepemimpinannya yang menempatkan infrastruktur sebagai prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Bagi Donna, keinginan ayahnya untuk melewati jalan tol di akhir hidupnya adalah pesan mendalam tentang kecintaan dan dedikasi terhadap Kaltim. “Beliau ingin memastikan bahwa semua upaya dan perjuangan yang dilakukan untuk daerah ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” tambahnya.
Selain menyampaikan permintaan terakhirnya, Awang Faroek juga memberikan amanat kepada Donna sebagai anak tertua. “Papa bilang saya adalah kepala rumah tangga sekarang. Meski beliau masih ada saat itu, saya harus jadi contoh yang baik untuk adik-adik dan anak saya,” imbuhnya.
Pesan ini mencerminkan nilai tanggung jawab yang selalu diajarkan Awang Faroek kepada keluarganya. Sebagai seorang pemimpin, baik dalam skala keluarga maupun masyarakat, selalu menekankan pentingnya memberikan manfaat bagi orang lain.
Kisah perjalanan terakhir Awang Faroek Ishak menjadi cerminan hidup seorang pemimpin yang mengabdikan dirinya untuk pembangunan.
Jalan tol yang ia rintis tak hanya menghubungkan kota-kota besar, tetapi juga menjadi simbol dari warisan dan menjadi pengingat akan kerja keras seorang pemimpin yang mencintai daerahnya hingga akhir hayat. []
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Agus P Sarjono