MAHAKAM ULU – Tradisi Nebukoq kembali digelar masyarakat Kampung Ujoh Bilang, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, Rabu (28/5/2025). Upacara adat tahunan ini bukan hanya menjadi simbol rasa syukur atas panen, tetapi juga menjadi sarana memperkuat jalinan sosial dan warisan nilai-nilai budaya antargenerasi.
Kepala Adat Kampung Ujoh Bilang, Amundus Lah, menjelaskan bahwa Nebukoq menjadi penanda penting dalam siklus berladang masyarakat Dayak. Lebih dari sekadar upacara adat, perhelatan ini melibatkan seluruh warga dalam gotong royong yang menyatukan kebersamaan dan rasa memiliki terhadap budaya sendiri.
“Persiapan untuk kegiatan Nebukoq besok ada banyak. Hari ini kita lengkapi semua, mulai dari jenis-jenis makanan, terus barang-barang yang diperlukan, tinggal kita memasak,” ungkap Amundus, Selasa (27/5/2025).
Kegiatan dimulai dengan saling berbagi hasil ladang yang kemudian diolah bersama menjadi hidangan utama. Semua disiapkan tanpa paksaan, mengedepankan semangat swadaya.
“Mulai kemarin sudah gotong royong untuk persiapan, karena besok adalah hari doa syukurnya. Apa yang kita perlukan, kita perbuat dengan gotong royong. Ada yang menyumbang dari hasil ladang, dan itulah yang menjadi bahan dan menu kita nanti. Itulah kebersamaan,” lanjutnya.
Makna Nebukoq tidak hanya terletak pada sajian atau keramaian yang terlihat, melainkan pada makna spiritual dan edukatif yang ditanamkan melalui praktik adat. Masyarakat diajak untuk mensyukuri hasil, berapa pun besarannya, dan kembali mengenang cara hidup para leluhur.
“Tujuan kegiatan ini adalah sebagai ucapan syukur atas hasil panen. Ini puncak dari rangkaian kegiatan berladang yang, berapa pun hasilnya, tetap kita syukuri. Intinya, acara ini adalah doa syukur atas hasil panen kita,” jelasnya.
Salah satu aspek yang dihidupkan kembali adalah penggunaan bambu sebagai alat memasak. Tradisi ini sengaja dilestarikan untuk menanamkan nilai kearifan lokal di tengah modernisasi.
“Bambu-bambu di dalam kehidupan dulu menjadi pengganti alat masak yang sekarang ada. Jadi, kita mau membangkitkan warisan nenek moyang kita, walaupun sekarang sudah ada panci,” katanya.
Makanan khas yang dimasak dalam bambu antara lain ayam, daging, nasi, hingga kue tradisional berbentuk sudut dari tepung. Makanan tersebut dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan roh leluhur.
“Mungkin ini juga makanan yang nenek moyang dulu persembahkan untuk alam atau roh leluhur,” tambah Amundus.
Upacara Nebukoq mencakup doa bersama, ritual adat, dan jamuan bersama, sekaligus menjadi ajang pewarisan budaya kepada generasi muda.
“Harapan kami, yang dapat diingat dari kegiatan ini adalah ritualnya, bukan keramaiannya,” tutupnya. [] Adm04