BANJARBARU – Langit Kalimantan Selatan kembali menghadirkan pertunjukan alam langka. Gerhana bulan total atau yang akrab disebut blood moon dapat disaksikan secara langsung oleh masyarakat pada Minggu (07/09/2025) malam. Fenomena ini tak hanya menjadi tontonan, tetapi juga sarana edukasi astronomi bagi warga.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas I Kalimantan Selatan memastikan, gerhana bulan total terlihat jelas dari wilayah Banua sepanjang kondisi cuaca mendukung. Peristiwa ini terjadi karena posisi matahari, bumi, dan bulan berada tepat sejajar, sehingga cahaya mentari tidak dapat langsung mencapai permukaan bulan.
Meski disebut gerhana total, bulan tidak lantas menghilang dari pandangan. Justru, warna rembulan berubah dramatis dari abu-abu menjadi merah keemasan. “Saat puncak gerhana, manakala langit cerah, bulan akan terlihat berwarna merah,” ujar Khairullah, Staf Pokja Pengelolaan Data Informasi BMKG Staklim Kalsel, Sabtu (06/09/2025).
Ia menambahkan, rona merah itu terjadi akibat hamburan Rayleigh di atmosfer bumi. Cahaya matahari yang melewati atmosfer akan dipilah: cahaya dengan panjang gelombang pendek, seperti biru, lebih banyak terhambur, sementara cahaya merah dengan panjang gelombang lebih panjang justru lolos hingga mengenai bulan. Dari sinilah muncul istilah blood moon atau bulan berdarah.
BMKG memprediksi, totalitas gerhana bulan akan berlangsung selama 1 jam 22 menit 6 detik. Sedangkan keseluruhan proses gerhana, mulai dari fase penumbra hingga berakhir, memakan waktu lebih dari lima jam.
Adapun rincian waktunya di Kalimantan Selatan dimulai pada Minggu (07/09/2025) pukul 23.26.56 Wita saat gerhana penumbra mulai terlihat. Selanjutnya, gerhana sebagian terjadi pukul 00.26.44 Wita, diikuti gerhana total pada pukul 01.30.17 Wita. Puncak gerhana diperkirakan berlangsung pukul 02.11.45 Wita.
Setelah itu, bulan secara perlahan kembali normal. Gerhana total berakhir pukul 02.53.13 Wita, lalu bergeser ke fase gerhana sebagian hingga 03.56.46 Wita. Terakhir, gerhana penumbra selesai pada pukul 04.56.34 Wita.
Tak hanya sekadar informasi, BMKG bersama Pemerintah Kota Banjarbaru juga mengadakan kegiatan pengamatan bersama di Lapangan Murjani. Masyarakat diajak berkumpul, mengamati secara langsung jalannya gerhana dengan mata telanjang maupun peralatan optik sederhana. “Fenomena ini bukan hanya indah, tapi juga menjadi momen edukasi bagaimana alam bekerja,” kata Khairullah.
Acara pengamatan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Banjarbaru. Meski diguyur hujan di beberapa titik, antusiasme tetap tinggi. Warga dari berbagai kalangan datang membawa keluarga, kamera, bahkan teleskop pribadi. Suasana semakin semarak karena panitia menyiapkan sejumlah suvenir menarik bagi pengunjung yang hadir lebih awal.
Bagi sebagian masyarakat, fenomena ini memiliki nilai spiritual tersendiri. Namun bagi dunia sains, peristiwa ini adalah bukti nyata keteraturan benda langit yang dapat diprediksi dengan presisi. “Gerhana bulan total ini memperlihatkan keteraturan sistem tata surya. Peristiwa yang kita saksikan malam ini sudah dihitung jauh-jauh hari oleh para astronom,” jelas Khairullah.
Gerhana bulan total tidak terjadi setiap tahun di lokasi yang sama. Karena itu, kesempatan menyaksikan langsung momen ini menjadi pengalaman berharga bagi warga Kalimantan Selatan. Selain memperindah langit malam, fenomena ini juga mengingatkan masyarakat pada pentingnya menjaga lingkungan, karena kualitas atmosfer bumi turut memengaruhi warna gerhana yang terlihat.
Dengan antusiasme publik, kegiatan pengamatan ini diharapkan bisa menjadi awal dari tradisi baru: menghadirkan sains lebih dekat dengan masyarakat melalui fenomena langit. Generasi muda pun diharapkan semakin tertarik mempelajari astronomi dan sains bumi. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan