KOTAWARINGIN TIMUR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah memastikan layanan kesehatan tetap tersedia bagi masyarakat meski banjir melanda sejumlah wilayah. Upaya ini dilakukan untuk mencegah dampak kesehatan yang lebih luas akibat bencana.
“Berdasarkan laporan BPBD memang ada sejumlah desa yang sudah terendam banjir, menyikapi hal tersebut pimpinan kami, Kepala Dinkes sudah menginstruksikan agar fasilitas layanan kesehatan standby (siaga),” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kotim, Nugroho Kuncoro Yudho di Sampit, Minggu (14/09/2025).
Nugroho menjelaskan, begitu menerima informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengenai banjir di berbagai kecamatan, pihaknya segera menyiapkan langkah strategis. Menurutnya, pelayanan kesehatan di masa bencana menjadi sangat penting karena rawan muncul penyakit menular dan masalah kesehatan lain yang bisa memperburuk kondisi warga.
Instruksi utama yang dikeluarkan yaitu agar puskesmas, pustu, dan poskesdes tetap bersiaga penuh sehingga dapat merespons cepat bila ada warga membutuhkan penanganan medis. Selain itu, tenaga medis juga diminta memastikan ketersediaan obat-obatan dan bahan medis habis pakai sejak dini.
“Apalagi ketika banjir biasanya ada beberapa kondisi yang membuat transportasi tidak memungkinkan, sehingga dengan menyiapkan bahan medis sejak awal bisa mencegah terjadinya hambatan pelayanan kesehatan di desa,” jelas Nugroho.
Ia menambahkan, salah satu fasilitas kesehatan yang terdampak banjir adalah Pustu di Desa Lunuk Bagantung, Kecamatan Bukit Santuai. Meski air merendam kawasan tersebut, pelayanan masih bisa dilakukan karena obat-obatan dan peralatan medis ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Apabila keadaan semakin parah, pelayanan akan dipindahkan sementara ke lokasi lain yang lebih kondusif.
Selain persoalan fisik, Nugroho juga mengingatkan adanya risiko penyakit kulit seperti gatal-gatal serta penyakit perut seperti diare akibat kualitas air yang menurun. “Hal ini dikarenakan sanitasi air yang buruk akibat banjir yang membuat air yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari tercampur dengan air kotor, sehingga masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati,” ucapnya.
Tak hanya itu, ia menilai banjir juga bisa menimbulkan dampak psikologis. Aktivitas warga yang terganggu, termasuk terhambatnya mata pencaharian, berpotensi memicu stres. “Dalam kondisi seperti ini dukungan dari orang terdekat bisa mencegah atau mengurangi dampak tersebut,” pungkas Nugroho.
Sementara itu, berdasarkan data BPBD Kotim pada Sabtu (13/9), banjir telah melanda tujuh kecamatan yang mencakup 20 desa. Wilayah tersebut antara lain Kecamatan Cempaga Hulu di Desa Sei Ubar Mandiri, Kecamatan Parenggean di Desa Beringin Tunggal Jaya, Bajarau dan Barunang Miri, Kecamatan Antang Kalang di Desa Sungai Hanya, serta Kecamatan Telaga Antang di Desa Tumbang Sangai, Beringin Agung, Agung Mulya, dan Tanjung Harapan.
Banjir juga meluas hingga Kecamatan Bukit Santuai di Desa Lunuk Bagantung, Teweh Hara, Tumbang Sapia, Tumbang Penyahuan, Tumbang Tilap, dan Tumbang Kaminting. Di Kecamatan Tualan Hulu, banjir merendam Desa Tumbang Mujam dan Merah, sementara di Kecamatan Mentaya Hulu terjadi di Kelurahan Kuala Kuayan, Desa Bawan, dan Tanjung Jariangau.
Kedalaman banjir bervariasi antara 20 hingga 90 sentimeter. Kondisi terparah terjadi di Desa Beringin Tunggal Jaya, meski sejauh ini belum ada laporan warga yang mengungsi. Pemerintah daerah telah menetapkan status siaga darurat banjir selama 48 hari ke depan sebagai langkah antisipasi.
Kesiagaan layanan kesehatan yang terus dijaga diharapkan mampu meringankan beban masyarakat terdampak. Dinkes menegaskan akan terus berkoordinasi dengan BPBD dan instansi lain agar penanganan bencana tidak hanya berfokus pada logistik, tetapi juga kesehatan masyarakat yang terdampak. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan