MALINAU – Pemulihan jalur transportasi sungai menuju wilayah pedalaman Pujungan dan Bahau Hulu akhirnya tuntas, menandai berfungsinya kembali akses vital yang selama berminggu-minggu terganggu akibat batu giram yang menutup alur sungai. Pemerintah Kabupaten Malinau memastikan bahwa masyarakat kini dapat kembali beraktivitas dan mendistribusikan barang kebutuhan pokok tanpa hambatan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Kepala BPBD Malinau, Iwan Dharma Yuana, menyampaikan bahwa proses penanganan batu giram di Sungai Bahau Hulu telah selesai dilaksanakan. Dalam keterangan kepada Radar Tarakan, ia menjelaskan bahwa operasi peledakan berlangsung sukses. “Untuk peledakan giram itu kami anggap sudah selesai. Batu-batu besar yang sebelumnya menghalangi alur sungai dan mengubah jalur air sudah berhasil diledakkan,” ujarnya, Senin (08/12/2025).
Iwan merinci, dari total target sepuluh titik batu giram, sebanyak sembilan titik dapat ditangani dan dinilai cukup untuk membuka kembali jalur sungai. Satu titik lainnya terpaksa tidak dikerjakan karena berada tepat di tengah arus sungai dan memiliki tingkat risiko tinggi bagi keselamatan tim. “Yang satu itu posisinya betul-betul di tengah sungai, tingkat kesulitannya tinggi dan sangat membahayakan. Dengan sembilan titik yang sudah diledakkan, jalur sungai sudah aman dan dapat dilewati,” jelasnya.
Untuk memastikan kondisi di lapangan, BPBD bersama rombongan pemerintah daerah telah memantau langsung lokasi beberapa waktu lalu. “Kami bersama rombongan, termasuk Pak Sekda, terakhir naik ke sana tanggal 3 November. Waktu itu kondisi air kecil, tapi tetap bisa dilewati,” tambahnya. Hasil monitoring menunjukkan bahwa alur sudah stabil dan dapat dilalui meskipun debit air menurun.
Upaya penanganan ini melibatkan tim gabungan, terdiri dari Yonzipur 17/Ananta Dharma sebagai pelaksana utama, didukung Kodam VI/Mulawarman, Kodim 0910/Malinau, serta BPBD Malinau. Sinergi lintas lembaga tersebut menjadi kunci percepatan pemulihan akses.
Meski demikian, BPBD tetap melakukan pengawasan karena curah hujan berpotensi memicu longsor dari anak sungai di sekitar titik giram. Kehadiran rumah singgah yang baru dibangun di area dekat lokasi juga terus dipantau sebagai fasilitas penunjang masyarakat. “BPBD tetap memantau, karena di dekat lokasi giram baru itu juga telah dibangun rumah singgah sebagai fasilitas pendukung bagi masyarakat,” katanya.
Sementara itu, akses darat yang semula direncanakan menggunakan semenisasi tidak dapat dilanjutkan akibat kontur tebing yang rawan runtuh. Pemerintah memilih jalur alternatif yang lebih tinggi dan dinilai jauh lebih aman. Rute tersebut telah diuji berulang kali dan berfungsi baik. “Saat ini yang paling aman adalah jalur alternatif dan rumah singgah. Sudah beberapa kali dilakukan uji coba dan tidak ada laporan kendala. Terakhir digunakan rombongan Irau, semuanya aman tanpa masalah,” tegasnya.
Dengan berfungsinya kembali akses sungai dan jalur alternatif darat, BPBD Malinau memastikan distribusi logistik ke pedalaman kini dapat berjalan normal tanpa hambatan. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan