CHINA — Ketegangan di Selat Taiwan kembali mencuat setelah China melayangkan protes keras terhadap langkah Australia dan Kanada yang mengerahkan kapal perangnya melintasi perairan strategis itu pada Sabtu (06/09/2025).
Beijing menilai kehadiran dua kapal asing tersebut bukan sekadar pelayaran biasa, melainkan provokasi yang dapat memperburuk stabilitas kawasan.
Juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Kolonel Senior Shi Yi, menyebut kapal fregat Kanada HMCS Quebec dan kapal perusak Australia HMAS Brisbane telah menimbulkan persoalan serius. “Pada 6 September, fregat Kanada Quebec dan kapal perusak Australia Brisbane melintasi Selat Taiwan, menimbulkan masalah dan memprovokasi,” ujarnya dalam pernyataan resmi, dikutip AFP.
Shi mengungkapkan, pihaknya segera mengerahkan unsur udara dan laut untuk mengawasi pergerakan kedua kapal. “Pasukan kami merespons dan menangani situasi dengan efektif,” tambahnya.
PLA menegaskan pihaknya tetap waspada setiap saat demi menjaga kedaulatan nasional dan stabilitas kawasan. “Pasukan Tiongkok tetap siaga setiap saat, dengan tegas menjaga kedaulatan nasional, keamanan, serta perdamaian dan stabilitas regional,” kata Shi.
Menurut Beijing, pelayaran kapal perang dari negara-negara sekutu Barat kerap dimaknai sebagai dukungan terhadap Taiwan. China sendiri mengklaim pulau tersebut sebagai bagian dari wilayahnya, termasuk Selat Taiwan yang memisahkan daratan utama dengan Taipei. Klaim itu secara konsisten ditolak oleh otoritas Taiwan.
Selat Taiwan menjadi salah satu titik rawan konflik global karena posisinya yang strategis sebagai jalur perdagangan internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, China intensif menegaskan klaim kedaulatannya melalui pengerahan jet tempur dan kapal perang di sekitar perairan itu.
Sebaliknya, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, termasuk Australia, Kanada, dan Inggris, berkali-kali mengirim kapal perang mereka ke Selat Taiwan. Mereka menegaskan bahwa jalur tersebut merupakan perairan internasional yang bebas dilintasi berdasarkan hukum laut.
Pada Juni lalu, Beijing juga melancarkan protes keras setelah kapal patroli Angkatan Laut Inggris berlayar melewati selat tersebut. Kala itu, China menuduh London ikut merusak stabilitas kawasan.
Manuver Australia dan Kanada di Selat Taiwan kali ini memperlihatkan bahwa jalur tersebut tak hanya menjadi isu regional, melainkan bagian dari pertarungan geopolitik yang lebih luas. Bagi Barat, pelayaran kapal di Selat Taiwan merupakan simbol dukungan terhadap prinsip kebebasan navigasi. Namun, bagi China, tindakan tersebut dianggap sebagai ancaman langsung terhadap kedaulatannya.
Pakar hubungan internasional menilai, insiden ini semakin memperlihatkan rapuhnya stabilitas di Asia Timur. Jika dibiarkan berlarut, Selat Taiwan berpotensi menjadi titik gesekan yang lebih besar antara China dan negara-negara sekutu Barat. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan