Bentrokan Berdarah di Tamoun, Ketegangan Palestina-Israel Meningkat

TEL AVIV – Lima anggota kelompok bersenjata Palestina tewas dalam baku tembak dengan tentara Israel di kota Tamoun, Tepi Barat, Kamis (15/5/2025). Insiden ini terjadi beberapa jam setelah seorang wanita Israel hamil, Tzeela Gez, ditembak mati di dekat permukiman Brukhin pada Rabu (14/5) malam. Militer Israel menyebut korban sebagai “teroris”, sementara Jihad Islam mengklaim mereka sebagai anggota sayap militernya.

Dalam pernyataan resmi Jumat (16/5), militer Israel mengonfirmasi operasi pengepungan di Tamoun dan Tubas. “Pasukan kami menewaskan lima teroris, menangkap tiga orang bersenjata, serta menyita senjata di dalam gedung yang diblokade,” ujar juru bicara IDF. Rudal bahu dilaporkan digunakan dalam serangan yang memicu kobaran api di lantai atas sebuah rumah, seperti terekam video Reuters.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan IDF menghancurkan rumah tempat para militan berlindung. Bulan Sabit Merah menemukan satu jenazah di reruntuhan gedung terbakar, sementara Kementerian Kesehatan Palestina menyebut empat jenazah lainnya diambil pihak Israel. Hingga kini, IDF belum menjelaskan kaitan operasi ini dengan penembakan Tzeela Gez, yang belum diklaim kelompok mana pun.

Jihad Islam dalam pernyataan terpisah menegaskan lima anggotya gugur saat “menghadapi pengepungan Zionis”. Tamoun, kota berjarak 35 km dari Brukhin, menjadi episentrum ketegangan setelah kematian Gez memicu kecaman luas di Israel. Rekaman suara tembakan dan asap hitam di lokasi baku tembak viral di media sosial, memperlihatkan pasukan Israel berjaga di sekitar bangunan yang hancur.

Pemerintah Israel belum merilis bukti keterkaitan antara kedua insiden, meski operasi digambarkan sebagai “pemburuan pelaku penembakan”. Analis keamanan Ofer Zalzberg dari International Crisis Group menyebut pola operasi ini sebagai bagian dari eskalasi balasan cepat Israel pasca-serangan terhadap warga sipil. “Tepi Barat tetap menjadi kawah konflik yang siap meletup oleh insiden kecil,” katanya.

Sejak 2023, Tepi Barat mencatat peningkatan 40% operasi militer Israel dibanding tahun sebelumnya. Data PBB menyebutkan 327 warga Palestina tewas dalam bentrokan sepanjang 2024, termasuk 58 anak-anak. Sementara itu, serangan oleh kelompok Palestina menewaskan 44 warga Israel dalam periode sama.

Keluarga Tzeela Gez menggelar unjuk rasa di depan Kantor Perdana Menteri Israel, menuntut tindakan tegas. “Kami tidak ingin lagi darah warga sipil menjadi alat politik,” ujar suami Gez, Yonatan, dalam orasi berapi-api. Di sisi lain, ratusan warga Palestina berkabung di Tamoun, menuntut pertanggungjawaban atas kematian kelima pemuda tersebut.

PBB menyerukan de-eskalasi melalui pernyataan juru bicara Stephane Dujarric: “Kekerasan hanya memperdalam lingkaran penderitaan. Dialog dan keadilan harus menjadi jalan utama.” Hingga berita ini diturunkan, situasi di perbatasan Tamoun-Brukhin masih tegang, dengan patroli militer Israel diperketat. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com