BANJARMASIN – Malam puncak Festival Jukung Tanglong 2025 di kawasan Siring 0 Kilometer berubah menjadi pesta rakyat yang menghadirkan lautan manusia. Ribuan warga dari berbagai penjuru kota tumplek ruah untuk menyaksikan pertunjukan budaya yang penuh warna, meski harus berdesakan di tengah arus lalu lintas yang nyaris lumpuh pada Rabu (24/09/2025) malam.
Sejak pukul 20.30 Wita, sejumlah ruas jalan utama Banjarmasin dipadati kendaraan. Jalan A Musyafa, Jalan Keramaian, Jalan D.I Pandjaitan, Jembatan Pasar Lama, hingga Jembatan Merdeka menjadi titik terparah kemacetan. Kendaraan roda dua maupun roda empat hanya bisa merayap pelan, sementara sebagian pengemudi bahkan memilih memarkirkan kendaraan di pinggir jalan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Festival yang sudah dimulai sehari sebelumnya itu memang menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat. Panggung hiburan, sorotan lampu warna-warni, hingga parade jukung tanglong menghiasi tepian Sungai Martapura. Dari arah Masjid Salibal, arus pengunjung tak henti berdatangan, memperbesar gelombang massa di sekitar lokasi acara.
Area parkir resmi yang disediakan panitia tak lagi mampu menampung kendaraan. Kondisi ini memaksa banyak warga memarkirkan kendaraannya di tepi jalan, mempersempit jalur lalu lintas dan menambah parah kemacetan. Namun demikian, semangat warga Banjarmasin tetap menyala.
Pemerintah Kota Banjarmasin menyiagakan petugas Dinas Perhubungan di sejumlah titik rawan macet. Dengan dibantu aparat kepolisian, mereka berupaya mengatur arus kendaraan agar tidak terjadi penumpukan yang berlebihan.
Meski kepadatan lalu lintas tak bisa dihindari, kondisi di lapangan tetap kondusif. Tidak ada laporan kericuhan, justru suasana kebersamaan terlihat dari warga yang rela berjalan kaki bersama keluarga menuju pusat acara.
Festival Jukung Tanglong bukan sekadar agenda hiburan tahunan. Kegiatan ini menjadi simbol semarak budaya lokal Banjar yang diwariskan turun-temurun. Hiasan jukung dengan aneka lampu warna-warni, iringan musik tradisional, dan pentas seni menjadi daya tarik yang memikat masyarakat lintas generasi.
“Festival ini adalah kebanggaan kita bersama, karena tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga memperkuat identitas budaya Banua,” ujar salah seorang pengunjung yang ikut hadir bersama keluarganya.
Momentum malam puncak ini juga memberi pesan bahwa budaya lokal tetap hidup dan terus mendapat tempat di hati masyarakat, bahkan di tengah tantangan zaman modern.
Bagi sebagian warga, kemacetan bukan penghalang, melainkan bagian dari pengalaman menyaksikan momen bersejarah. Mereka menganggap hiruk-pikuk malam festival sebagai bukti betapa kuatnya ikatan sosial di Banjarmasin.
Banyak warga mengabadikan suasana malam puncak dengan ponsel mereka, dari pemandangan jukung bercahaya hingga kerumunan pengunjung yang memenuhi Siring 0 Kilometer. “Meski macet, semua tetap seru. Rasanya seperti pesta rakyat yang menyatukan kita semua,” ungkap pengunjung lainnya.
Malam puncak Festival Jukung Tanglong 2025 meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat Banjarmasin. Meski diwarnai kemacetan panjang, euforia warga menjadikan acara ini sebagai perayaan kebersamaan dan semangat budaya yang tak akan mudah dilupakan.
Dengan sorotan lampu, dentuman musik, dan sorak-sorai ribuan orang, malam itu Banjarmasin benar-benar hidup. Semangat warga untuk menjaga dan merayakan budaya Banjar tampak jelas, menjadikan festival ini lebih dari sekadar tontonan, melainkan sebuah identitas yang dirayakan bersama. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan