SAMARINDA – SETELAH melalui proses panjang, akhirnya bangunan Pasar Pagi Samarinda sudah rata dengan tanah. Hal ini sejalan dengan target Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda untuk merencanakan pembangunan ulang pasar yang lebih modern dengan enam lantai.
Terlebih selama ini, Pasar Pagi memang belum pernah mengalami peremajaan. Selain itu juga, untuk memajukan kualitas perekonomian pada pasar legendaris yang ada di Kota Tepian ini.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda Desy Damayanti menjelaskan, rencana pembangunan Pasar Pagi Samarinda memang tidaklah mudah.
Meski demikian, ia mengaku terus melaporkan setiap detail perkembangan dan tahapan yang akan dilakukan kepada Wali Kota Andi Harun dalam rencana pembangunan Pasar Pagi ini.
“Termasuk kendala terkait kondisi ruko 48 SHM itu, dan sisi mana yang bisa kami kerjakan terlebih dahulu. Bahan pancangnya satu minggu lagi kemungkinan sudah datang dan dipasang minggu depan,” ungkapnya.
Sebelumnya, pembangunan fisik ditargetkan dapat terlaksana di awal tahun 2024. Namun nyatanya hingga saat ini, pembangunan yang akan menghabiskan anggaran senilai Rp 375 miliar ini juga belum terlihat bentuk fisiknya.
Walau demikian, terpantau di lokasi pembangunan sejak kemarin (21/5/2024), tepatnya di sisi Jalan Jenderal Sudirman, memang terlihat beberapa unit alat berat dan truk angkut muatan sisa-sisa material.
Desy menambahkan, saat ini pihak pelaksana tengah fokus melakukan pembersihan total dari sisa-sisa material bangunan pasar lama yang ada. “Makanya truk-truk yang ada ini untuk membersihkan itu. Karena untuk meletakkan alat-alat untuk pembangunan nanti itu harus setel dan harus bersih,” terangnya.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, pembahasan terkait rencana pembangunan ini juga sudah disinergikan bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Samarinda.
Terutama, terkait soal arus mobilitas kendaraan yang membawa material bangunan seperti pancang yang diketahui memiliki ukuran 20 hingga 30 meter. Belum lagi, jalur yang akan dilalui adalah jalan utama milik pemerintah pusat, yakni Jalan Gajah Mada.
“Awalnya memang kita mau Jalan Gajah Mada itu ditutup karena kan ada dua pekerjaan (Teras Samarinda Segmen II dan Pasar Pagi) di sana nanti, tapi kita masih menunggu izin dari BPTD (Balai Pengelola Transportasi Darat) dan BPJN (Balai Pelaksanaan Jalan Nasional),” ucapnya
Meski demikian, Desy memastikan bahwa jika tak diizinkan pusat untuk menutup Jalan Gajah Mada, tak akan mempengaruhi kegiatan pengerjaan fisik Pasar Pagi ini.
“Tapi kami memang harus memberitahu bahwa nantinya jalan itu akan dilintasi alat berat. Kalau ditutup total ya memang tidak boleh, karena tidak ada alternatif jalan lain yang menggantikan Jalan Gajah Mada. Tapi kalau untuk dilewati banyak kendaraan untuk bawa bahan ya tidak masalah. Apalagi pancangnya 20-30 meter,” pungkasnya. []
Penulis: Rangga Satria | Penyunting: Agus P Sarjono